Beberapa waktu yang lalu, saya menjenguk si sulung, Faris, yang sedang menuntut ilmu di Pondok Darul Hidayah. Dengan wajah ceria, Faris menyambut kami sambil memegang satu buku. Usai mencium dan memeluknya, kutanya kabarnya. “Mas Faris sehat? Sedang apa? Faris lagi membaca buku hasil pinjamannya. Dari cerita wali kelasnya, Faris suka membaca buku kalau pelajaran usai. Di rumah, Faris mulai bosan membaca buku karena buku bacaannya banyak tema ibu-ibu. Aku jadi teringat masa kecil Faris, di mana kami suka mengajaknya ke toko buku dan mengajak Faris merintis Taman Baca Keliling FLP Lampung. Apakah dulu tanpa sadar aku sudah menstimulasi anak gemar membaca?
Dibaca juga ya: Mengapa Membaca Itu Penting
Pada anak kedua, aku sempat terlena. Mungkin karena baru resign, aku sibuk dengan suasana hatiku, sehingga stimulasi mendengarkan dan berbicara dengan baik agak terhambat. Padahal ini adalah tahapan menuju anak gemar membaca. Anak yang bisa berbicara dengan baik, pasti akan bisa membaca dengan baik. Namun, stimulasi ini belum aku kelola dengan baik.
Saat ini, aku sedang menstimulasi anak gemar membaca pada Aisyah, anak ketigaku. Namun, sebelum kita membahas stimulasi anak gemar membaca, kita lebih dahulu meningkatkan keterampilan berbahasa anak. Hal ini dapat dilakukan dalam beberapa tahap :
- Keterampilan mendengarkan (listening skills)
- Keterampilan Berbicara (speaking skills)
- Keterampilan Membaca (reading skills)
- Keterampilan Menulis (writing skills)
Tahapan keterampilan di atas sangat penting. Jika kita bertanya, “Kenapa sih banyak Anak Gemar Membaca, tapi tidak bisa menghasilkan karya tulisan?” Padahal, seharusnya tahapannya anak yang Bisa Berbicara dengan baik, maka anak Bisa Membaca. Anak yang Bisa Membaca, maka anak Bisa Menulis.
Namun, mengapa anak bisa membaca, tapi tidak menghasilkan karya tulisan? Ini karena kita kurang menstimulasi anak. Kita hanya menstimulasi anak bisa membaca, tapi bukan Anak Gemar Membaca.
Menurut hasil hasil survey UNESCO, minat baca masyarat di Indonesia baru 0,001 persen. Ini berarti dalam seribu masyarakat hanya ada satu masyarakat yang memiliki minat baca. Di lapangan, minat baca anak sebenarnya cukup tinggi, tapi stimulasi dan fasilitas kurang mendukung. Pengalamanku saat membuka Taman Baca Keliling FLP Lampung, ramai pengunjung membaca buku adalah anak-anak. Nah, sayang sekali kalau minat baca ini tidak distimulasi loh.
Berdasarkan studi “Most Littered Nation In the World” yang telah dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, dalam soal minat membaca, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara. Duh, miris banget sih? Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk anak kita?
Program anak gemar membaca ini sudah digencarkan oleh pemerintah dalam program literasinya. Bagi umat muslim, perintah membaca adalah perintah pertama sebelum perintah yang lainnya, tertulis IQRA’ (bacalah).
Berikut pengalamanku dalam menstimulasi agar anak gemar membaca:
- Mengajak anak berbicara sesering mungkin bahkan sejak masih dalam kandungan.
- Mengajak anak berbicara, walau anak masihmengeluar satu atau dua kata.
- Mengajak anak bermain dengan teman sebayanya. Ini melatih keterrampilan berbahasa anak.
- Mendengarkan anak dalam berbicara, sebagai orang orang dewasa kita perlu mendengarkan suara anak.
- Melatih anak membaca dengan suara keras. Saat kita membaca dengan suara keras, anak akan tertarik dengan gambar yang kita bacakan dalam cerita. Inilah cara anak dalam menyimak. Aisyah suka banget minta dibacakan buku yang disukainya. Berulang-ulang tetap tidak bosan, hehe…
- Ajak anak ke toko buku dan berikan kebebasan anak membeli buku yang anak sukai tentu dengan penampingan ya!
- Buatkan perpustakaan di rumah, rapikan sesuai buku tahapan usianya, sehingga anak mudah mencarinya.
- Belikan komik atau buku-buku berilustrasi. Gambar-gambar yang menarik akan merangsang anak berimajinasi.
- Budayakan membaca di dalam keluarga. Ajak keluarga untuk menyiapkan 1 waktu untuk hari membaca buku.
- Ajak anak bertemu dengan penulis buku. Ini pengalamanku, Faris sangat senang saat bertemu dengan penulis loh. Malah, selalu menagih buku baru dari penulis yang dia kenal.
- Bikin pohon literasi dari buku apa saja yang sudah dibaca atau dibacakan. Lalu, beli reward pada anak jika ia telah menuntaskan 1 buku.
- Ajak anak belajar menuliskan apa yang telah ia bacakan.
- Latih anak menceritakan kembali apa yang telah dialami. Dapat dilakukan dengan merekam ceritanya dan minta anak menuliskan di kertas hasil rekaman tadi. Ini yang pernah aku lakukan pada Faris sehingga cerita pengalamannya pernah dimuat di Majalah Ummi.
- Hiraukan tanda baca dan aturan menulis. Biarkan anak menulis apa yang ia sukai. Perlahan ajarkan anak mengenai tanda baca, pemilihan judul dan tokoh cerita.
- Kirimkan karya anak ke majalah, koran atau mading sekolah. Karya anak yang sudah dipublikasikan akan menambah kepercayaan diri anak dalam gemar menulis.
Itulah pengalamanku dalam menstimulasi anak untuk suka membaca dan suka menulis. Semoga bermanfat dan selamat mencoba ya!
***
Menstimulasi Anak Suka Membaca merupakan post trigger #KEBloggingCollab dari kelompok Anggun C Sasmi, yang ditulis oleh Naqiyyah Syam.
Naqiyyah Syam, emak blogger yang tinggal di Lampung ini sering menulis tema parenting dan smart mom di blog: www.naqiyyahsyam.com
Twitter : @Naqiyyah_Syam
Instagram : @naqiyyahsyam
Notes:
Sumber Bacaan: Materi Bunda Sayang, Materi 5 Menstimulasi Anak Suka Membaca
Foto: dokumentasi pribadi, milik Naqiyyah Syam
Inspiratif Emaak.
Pohon litrasinya boleh juga tuh!