Nobody perfect. Sejak dulu kita sudah familiar dengan ungkapan ini. Tapi tidak sedikit orang merasa nyaman dengan ketidaksempurnaannya atau orang-orang yang pernah mengalami semacam perasaan insecure karena fisik. Padahal tanpa disadari, dibalik kekurangan ada keistimewaan yang mendampingi, dan sialnya hal itu justru yang sering terabaikan. Situasi seperti ini dengan jeli ditangkap oleh Ernest Prakarsa lewat film besutannya, Imperfect.
Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan (2019)
Genre: Drama/Roman
Sutradara: Ernest Prakasa
Produser: Chand Parwez Servia
Skenario: Ernest Prakasa, Meira Anastasia
Musik: Ifa Fachir
Sinematografi: Anggi Frisca
Pemain: Jessica Mila, Reza Rahardian
Sinopsis Film Imperfect:
Adalah Rara yang terlahir dengan gen bertubuh besar (gemuk) dan kulit sawo matang, warisan sang ayah. Sementara, adiknya Lulu mengikuti gen ibu mereka, Debby, mantan peragawati tahun 1990-an. Rara bekerja sebagai manajer riset di sebuah perusahaan kosmetik. Meski mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari lingkungan sekitar, namun Rara mencintai pekerjaannya. Untung ada Dika, kekasih yang mencintai Rara apa adanya. Suatu hari, muncul peluang bagi Rara untuk naik jabatan di kantor, tapi bos Rara, Kelvin mengharuskan Rara mengubah total penampilannya jika ia mau mengemban tanggung jawab baru ini.
Review Film Imperfect: Insecure vs Bersyukur
Mendapuk Jesica Mila sebagai karakter Rara, Imperfect menceritakan sosok seorang gadis manis, punya hati yang lembut dan pintar. Sayangnya Rara itu gemuk dan berkulit sawo matang, mewakili gen almarhum ayahnya. Bukan ibunya, Debby (Karina Suwandi) yang cantik, tinggi semampai, berkulit putih dan semua kelebihan yang jadi idaman ini diserap oleh Si Bungsu Lulu (Yasmin Napper).
Rara ini punya pacar bernama Dika, tipikal cowok idaman yang dimainkan dengan apik oleh Reza Rahadian. Dika santai banget dengan Rara yang gendut, sawo matang dan kurang cantik. Ini membuat hidup Rara sebenarnya santai saja meski Debby, ibunya dan genk arisannya suka rempong dan ‘usil’ dengan tubuhnya yang melar.
Coba Mak, siapa yang enggak sirik sama Rara yang punya pacar seperti Dika? Ganteng, tinggi dan perhatian. Body Rara? DIka bomat alias bodo amat. Apalagi camernya Rara, alias emaknya Dika yang diperankan Dewi Irawan pun enggak ambil pusing. Enggak pernah riweuh dengan fisik Rara yang gendut. Mertua idaman banget lah.
Rara baru merasa terusik ketika jenjang karirnya di kantor tersendat karena faktor fisik. Kelvin (Dion Wiyoko) bosnya Rara enggak meragukan otak encernya. Tapi demi branding perusahaan, inner beautynya Rara harus diimbangi dengan penampilan fisik.
Mulailah Rara memikirkan untuk diet. Enggak kira-kira dietnya juga lho. Dalam sebulan Rara harus bisa menggeserkan jarum timbangan dari angka 70an ke sebelah kiri di kisaran 50an. Berat memang, tapi motivasi Rara yang kuat untuk menguruskan tubuh begitu kuatnya. Pantangan diet dijalaninya demi mengejar target.
Diet Rara memang berhasil. Rara berubah jadi wanita karir nan cantik dan mulai dilirik orang-orang, setelah sebelumnya dicuekin. Sialnya keberhasilan Rara buat diet merusak jalinan pertemanannya dengan sahabatnya, Fey (Shareefa Daanish). Karirnya juga tidak semulus yang ia kira. Apesnya hubunga dengan Dika malah jadi berantakan. Ini bikin Rara sebal. Gendut salah, langsing pun salah.
Sebenarnya ide cerita seperti ini sudah umum, namun Ernest sebagai sutradara tahu betul kalau insecure soal tubuh masih dan sangat related dengan kaum perempuan. Dibanding-bandingkan dengan adik sendiri adalah hal yang tidak mengenakan. Kenapa kita harus mewarisi gen yang tidak ‘mengenakkan’ dari orang tua? Kenapa gen yang bagus turun ke adik dan kakaknya harus ‘mengunduh’ software genetik yang tidak asyik dari orang tua?
Signature Ernest Prakasa dengan konflik dan value dalam keluarga serta rombongan para komika yang meramaikan filmnya tetap terasa dalam film yang berdurasi 113 menit ini. Hanya saja kali ini Ernest mengajak para komika perempuan yang mengalami insecure juga seperti Rara.
Kalau Rara dibuat senewen dengan kondisi fisiknya, lain dengan para gank komika perempuan. Dengan ketidaksempurnaan yang ingin ditutupinya mereka menyikapinya dengan kelucuan yang memecah tawa. Seolah-olah mengajak penonton untuk santai saja dan menertawakan kengenesan yang kita ciptakan sendiri.
Sindiran halus film Impefect akan toxic alias racun sosial media juga berhasil memecahkan tawa. Mengintip sosial media kadang bisa membuat kita malah jadi insecure karena ngiri dengan figur selebrgam di mana postingannya wara-wiri di beranda sosial media kita.
Padahal seperti ledekan Rara pada adiknya, Lulu, selebgram yang mengiklankan produk kecantikan sebetulnya enggak butuh produk yang diiklankannya. Enggak harus pakai pun memang sudah bawaan lahirnya seperti itu.
Selipan drama keluarga dan pesahabatan kembali membucahkan keharuan. Kalau di banyak bagian kita dibuat menangis, capek tertawa, Imperfect juga meraih penonton untuk kembali merangkul orang-orang yang kita cintai sebagai hal yang penting dalam hidup.
Lebih dari sekedar penampilan. Mereka yang sayang dan peduli pada kita sejatinya tidak memandang apakah ktia cantik atau tidak. Seperti gombalan Dika pada Rara, Yang cantik itu banyak. Yang susah itu nyari yang cocok.