Pastinya takjub ya, Mak, kalau lihat si kecil mewarisi wajah Emak atau bapaknya. Tapi ternyata nggak cuma fisik yang bisa diwariskan pada si kecil lo, penyakit keturunan juga!
Meskipun demikian, riwayat kesehatan keluarga saja bukan jaminan bahwa anak akan memiliki atau mengidap penyakit keturunan tersebut. Kondisi kesehatan Emak dan keluarga hanya menunjukkan adanya peningkatan risiko kejadian.
Emak tidak bisa mengubah gen si kecil, tetapi bisa kok mengenali beberapa kondisi kesehatan yang paling umum diwarisi seperti berikut ini.
5 Penyakit keturunan yang paling banyak diwariskan pada anak, dan cara mengatasinya
1. Alergi
Kemungkinan adalah 50-50 terkena jika Emak dan bapaknya juga mengalami alergi, atau bahkan lebih besar lagi. Tapi, belum tentu si kecil memiliki alergi pada hal yang sama dengan Emak.
Tanda-tanda terkena alergi:
- Sering pilek, sinus atau infeksi telinga. Atau secara teratur hidungnya meler, mampet, atau gatal.
- Mata gatal, timbul ruam, atau ada bintik-bintik merah yang gatal.
- Mengi atau batuk kronis
Apa yang harus dilakukan?
- Segera beri tahu dokter anak jika ada salah satu gejala ini muncul, biasanya pada usia 3-5 tahun.
- Kemungkinan akan butuh obat, seperti antihistamin dan obat tetes hidung untuk melegakan pernapasan. Namun, sebaiknya tunggulah sampai dokter menginstruksikan Emak untuk diberikan pada si kecil ya.
- Si kecil kemungkinan juga harus menjalani beberapa tes alergi.
2. Sindroma iritasi usus
Mereka yang menderita penyakit keturunan ini juga akan memiliki kemungkinan untuk mempunyai anak dengan gejala yang sama hingga 2 kali lipat. Ini menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Sydney, Australia.
Bayi kolik biasanya merupakan warisan dari orang tua yang menderita sindroma iritasi usus atau refluks (kembalinya isi lambung ke kerongkongan). Bayi dengan kondisi ini lebih mudah sakit dibandingkan dengan bayi lainnya.
Tanda-tanda:
- Sering sakit akibat kram perut, atau secara bergantian mengalami sembelit atau diare.
- Biasanya terjadi pada anak usia sekolah, namun tanda kolik muncul pada usia yang lebih dini.
Apa yang harus dilakukan?
- Bawalah ke dokter anak agar tidak terjadi sesuatu yang lebih serius, seperti radang usus.
- Ubah pola hidup, hindari makanan pemicunya, menambahkan probiotik, dan menghindarkan dari stres.
3. Masalah penglihatan
Rabun jauh (myopia), buta warna dan mata malas juga merupakan beberapa penyakit keturunan yang akan diwariskan oleh orang tua pada anak mereka.
Jika kedua orang tua rabun jauh, kemungkinan anak mengalaminya sekitar 25-30%. Sedangkan untuk buta warna, perempuan hanya berperan sebagai carrier—atau pembawa gen –saja, hanya laki-lakilah yang mengalami buta warna. Jika mamanya pembawa gen, maka kemungkinan 50% anak laki-lakinya menjadi buta warna.
Tanda-tanda:
- Sering sakit kepala, sering juling, atau mengeluarkan air mata saat membaca, nonton TV, atau sepulang sekolah, maka sebaiknya bawa ia untuk memeriksakan matanya.
- Mata malas bisa timbul selama tahun pertama, namun agak sulit dideteksi kecuali oleh dokter anak.
- Juling biasa dialami oleh anak pada bulan-bulan pertama hidupnya. Namun, jika juling si kecil diikuti dengan ukuran biji mata yang berbeda, maka segeralah konsultasi ke dokter.
- Gangguan buta warna biasanya baru bisa diketahui setelah anak berusia 5 tahun.
Apa yang harus dilakukan?
- Sebaiknya mulailah memeriksakan mata sikecil ke dokter mata anak sejak usia 1 tahun. Deteksi dini bisa menyelamatkan kesehatan matanya.
4. Eksim
Sama seperti alergi, peluang si kecil memiliki penyakit keturunan ini adalah sekitar 50-50. Eksim ini sih sebenarnya merupakan salah satu jenis reaksi alergi.
Kondisi ini sering mengejutkan orang tua, apalagi kalau keduanya sebenarnya nggak pernah punya eksim sebelumnya.
Kecenderungan kondisi alergi yang diturunkan memang nggak spesifik, Mak. Meski demikian, eksim memiliki beberapa pemicu yang spesifik, seperti lingkungan yang kering dan dingin, serta makanan yang berisiko tinggi menimbulkan alergi, seperti olahan susu dan telur.
Tanda-tanda:
- Kulit kering dan gatal-gatal
- Muncul area berwarna merah dan kasar pada pipi, bagian dalam siku, dan bagian belakang lutut.
- Muncul gelembung-gelembung kecil berisi air, jika gangguan semakin parah (atau saat anak menggaruk)
Apa yang harus dilakukan:
- Bawa anak ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat
- Lakukan perawatan rutin untuk mencegah gelembung tersebut pecah.
- Untuk mengurangi gatal-gatal dan timbul peradangan, dokter mungkin akan meresepkan krim steroid yang dioleskan.
- Jika si kecil terus menggaruk hingga infeksi, dokter akan memberikan antibiotik.
5. Migrain
Sakit kepala yang membuat anak merasa lemas ini sering juga merupakan penyakit keturunan, warisan dari orang tua. Si kecil memiliki sekitar 50% kemungkinan untuk juga mengidapnya, jika salah satu orang tua punya migrain. Dan akan lebih tinggi kalau kedua orang tua punya migrain.
Penelitian Centers of Disease Control and Prevention, Amerika Serikat, menemukan bahwa anak yang sering menderita sakit kepala cukup parah tapi tidak ditangani dengan baik, akan mengalami masalah emosi dan perilaku lebih tinggi ketimbang mereka yang tidak mengalami penyakit ini, Mak.
Tanda-tanda:
- Kombinasi nyeri yang berdenyut-denyut (biasanya di bagian depan atau samping kepala)
- Mual atau muntah
- Peka terhadap sinar atau suara.
- Umumnya muncul pada saat si kecil berusia 8 tahun, namun bisa saja muncul di usia yang lebih muda.
Apa yang harus dilakukan?
- Penyebab umum terjadi pada anak adalah kelelahan, beraktivitas berlebihan, perubahan rutinitas, mengonsumsi beberapa jenis makanan (biasanya makanan yang diproses seperti hotdog dan burger), dan kafein.
- Atur asupan makanan dan batasi kegiatannya.
Nah, Emak, semoga sih Emak sudah aware akan kondisi anak, dan sudah pula menyiapkan berbagai langkah untuk mengantisipasi jika penyakit keturunan ini diwariskan pada mereka. Yang pasti sih, harus segera dikonsultasikan ke dokter, agar tak salah langkah ya, Mak.
Tapi, setidaknya, Emak bisa menjaga agar lingkungan dan rumah selalu dalam kondisi bersih, demi tidak memicu alergi dan berbagai penyakit keturunan tadi.
Semoga bermanfaat ya, Mak. Dan, selalu sehat sekeluarga!
Wah, saya baru tahu kalau malas-malasan ternyata juga bisa diturunkan ke anak. Terima kasih infonya.