13 Cara Anak-anak Keluarga Bercerai Melihat Cinta dari Sudut Pandang Berbeda

By Ranny Afandi on July 08, 2020

Beberapa pekan lalu media sosial kembali riuh dengan cerita sendu dari salah satu diva Indonesia dan kedua anaknya. Cerita dari anak-anak keluarga bercerai ini merupakan babak kesekian dari kisah sebelumnya. Akar masalah pun masih sama.

Melihat kisah mereka, anak-anak dari keluarga bercerai akan memiliki trauma yang mendalam. Namun, kita nggak bisa menggeneralisir bahwa semua anak dari keluarga bercerai sama kasusnya. Tidak.

Karena masih ada sebagian besar orang tua yang bercerai berusaha untuk tetap memberikan kasih sayang bagi anak-anak. Apapun dilakukan agar anak tetap merasa disayangi, nggak menjadi anak broken home, tidak terkucilkan dari pergaulan, terlebih tidak lari ke free sex dan drugs.

Tahu nggak, Mak, anak-anak dari keluarga bercerai mengetahui dengan baik bahwa perceraian itu sungguh nggak menyenangkan. Menyebalkan dan sangat buruk!

Anak-anak juga berusaha berdamai dengan keadaan itu tanpa kita ketahui. Mereka mencoba menunjukkan protes dengan berbagai cara agar ada yang bisa menerima.

Perceraian secara nggak langsung mengajarkan pada anak-anak bagaimana pernikahan dapat hancur berkeping-keping seperti kaca. Kita membangun hubungan yang bisa bertahan lama, namun di saat bersamaan kita juga menyadari bahwa hal itu nggak mungkin untuk bisa dipertahankan.

Memang nggak menyenangkan menyadari kita telah bercerai. Tapi, bagi anak-anak yang menghabiskan masa kecil atau masa remaja dengan menyaksikan kedua orang tuanya bercerai, secara nggak langsung mereka memiliki pandangan akan hubungan yang romantis dari perspektif yang berbeda.

Inilah 13 cara anak-anak dari keluarga bercerai melihat cinta dari pandangan yang berbeda

  1. Komitmen adalah hal yang penting bagi mereka

anak-anak dari keluarga bercerai

Anak-anak tahu dengan benar bahwa sumpah pernikahan tidak ditulis di atas batu tapi tindakan lebih penting daripada sekedar kata-kata. Inilah sebabnya mengapa komitmen sangat penting bagi mereka. Komitmen adalah tentang cara menunjukkan bukan hanya sekedar kata-kata.

  1. Pernikahan juga bisa menjadi mimpi buruk bagi mereka

Pemikiran tentang hidup bersama dengan seseorang untuk waktu yang lama dapat berubah menjadi mimpi buruk. Ini berarti bahwa “hidup bahagia selamanya” bisa menjadi kenyataan dan secara bersamaan mereka nggak bisa menghindari keraguan tentang hal itu.

  1. Komunikasi adalah hal yang penting

komunikasi orang tua

Hal yang pertama kali dilihat oleh anak-anak dari keluarga bercerai adalah bagaimana kurangnya komunikasi dapat merusak hubungan.

Mereka telah melewati masa di mana mendengar orang tua berbicara saling menyalahkan satu sama lain dalam upaya untuk membuat pihak lain terlihat buruk. Itulah sebabnya ketika mereka menjalani hubungan, hal pertama yang dilihat adalah seberapa baik pasangan mereka itu berkomunikasi.

Kata-kata seperti, “aku baik-baik saja” atau “tidak apa-apa” tidak sanggup meyakinkan mereka. Anak-anak itu lebih menghargai kejujuran dan akan mendorong pasangan mereka untuk mengatakan hal yang sebenarnya tidak peduli seberapa keras hal itu.

Baca juga : Perkembangan emosional anak dan 5 faktor yang memengaruhinya

  1. Optimis

Orang tua mereka seringkali memberitahu bahwa mereka akan selalu saling mencintai, tapi perceraian merupakan hal di luar kendali mereka. Anak-anak nggak bisa menghindari pemikiran bahwa ke depannya mereka akan selalu mencintai pasangan apapun yang terjadi dan mereka akan selalu berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya.

  1. Anak-anak juga bisa pesimis di lain waktu

Di waktu yang sama anak-anak juga sadar bahwa terkadang cinta nggak akan bertahan lama. Nggak peduli apa yang telah dilakukan ataupun dikorbankan, pada akhirnya rasa bosan pun hadir dan mereka pun mencari pasangan yang lain.

  1. Mempertanyakan segala hal

Kepercayaan adalah hal yang sulit bagi anak-anak dari keluarga bercerai karena mereka akan selalu mempertanyakan hal-hal yang pasangan mereka lakukan. Pesan singkat, chatting, komentar yang pasif-agresif atau bahkan kritik yang tidak pedas pun menjadi bahan pemikiran mereka.

  1. Lebih Waspada

Anak-anak dari keluarga yang bercerai cukup berhati-hati ketika memulai sebuah hubungan. Mereka mencoba untuk menjadi jeli semampunya, mencari tanda-tanda yang berpotensi menyebabkan bencana dalam hubungan.

  1. Mencintai tanpa syarat

mencintai tanpa syarat

Mereka akan mencintai tanpa syarat. Selalu akan mencoba untuk memberikan pasangan mereka semua cinta yang ada sebagai cara untuk menjaga gairah cinta tetap ada karena mereka menginginkan hal itu bertahan lama.

  1. Kenyamanan

Karena anak-anak dari keluarga bercerai telah terbiasa untuk memberikan kenyamanan kepada orang tua ketika berada pada momen yang nggak menyenangkan, mereka akan melakukan hal yang sama untuk pasangannya.

Hal-hal kecil seperti memeluk dengan kasih sayang, membeli minuman  setiap kali kekasih mendapatkan gangguan pencernaan atau mengirim pesan singkat di pagi hari adalah cara mereka mengingatkan orang-orang yang dicintai betapa kehadiran mereka sangat berarti.

  1. Mempersiapkan diri untuk hal terburuk

Anak-anak dari keluarga bercerai akan mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk karena mereka nggak ingin melalui sakit hati yang datang akibat diabaikan. Mereka ingin memberikan ruang untuk harapan dan mengesampingkan rasa sakit.

  1. Lebih memperhatikan kekurangan

anak-anak dari keluarga bercerai2

Kencan pertama selalu menjadi perhatian utama. Mereka akan mencari setiap kelemahan potensial yang mungkin menghalangi hubungan. Dan mereka akan mencari kelemahan itu seperti dalam strategi militer.

Baca juga : Membangun komunikasi efektif dengan anak praremaja

  1. Lebih berhati-hati

Anak-anak dari keluarga yang bercerai seringkali melihat orang tuanya berada di masa-masa yang sulit sebagai akibat dari perkelahian. Di situlah mereka akan berjanji dalam diri untuk nggak pernah berada dalam keadaan itu.

Mereka akan menjaga hati dan tubuh sebagai cara untuk melindungi dari potensi sakit yang mungkin akan mereka hadapi. Mereka juga menutup sebagian besar diri dari pasangan karena nggak ingin menunjukkan kelemahan kami sebagai hasil dari sebuah perceraian.

  1. Sulit untuk mencintai

Mereka sedikit mengalami kesulitan untuk mencintai karena cenderung waspada. Mereka nggak takut untuk membiarkan orang lain masuk dalam hidup karena mereka nggak ingin terluka seperti kedua orang tuanya. Namun, mereka akan berusaha karena ada setitik harapan bahwa hubungan yang mereka mulai dengan pasangan akan berhasil pada akhirnya.

Nggak ada orang tua yang menginginkan perceraian, betul nggak Mak? Kalaupun terjadi, itu sudah melalui masa-masa yang berat dan keputusan itu adalah hal terakhir yang bisa ditempuh. Efek bagi anak-anak pun nggak bisa dihindari.

Harus bisa merangkul mereka dalam keadaan apapun dan jangan pernah meninggalkannya. Trauma pada anak pasti akan ada. Tapi, percayalah Mak, anak-anak pun tahu cara untuk mengatasinya di luar pengetahuan kita.

Comments (1)

July 15, 2020

Bagaimanapun dampak perceraian selalu ada ke seorang anak. Seorang psikoterapis yang sering menangani anak-anak yang orang tuanya berceria menganjurkan untuk terapi.


    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: