Jika Emak lagi capek dan malas untuk masak, makanan cepat saji selalu menjadi penyelamat. Betul?
Makanan cepat saji membuat kita nggak perlu repot untuk berbelanja ke pasar, tidak ada drama mata perih karena mengiris bawang merah, kena cipratan minyak panas dan tentunya sedikit cucian!
Cukup masukkan ke wajan penggorengan, oven atau microwave, tunggu sekitar 5-10 menit dan voila makanan sudah bisa disantap.
Hidup kita jauh lebih mudah dengan adanya makanan cepat saji ini.
Tapi, pernahkah Emak berpikir, makanan cepat saji ini baik untuk kesehatan atau nggak?
7 alasan ini harus Emak tahu agar mengurangi konsumsi makanan cepat saji dan memilih untuk menyiapkan sendiri makanan yang bergizi.
-
Mengandung vitamin dan mineral yang palsu
Coba deh Emak perhatikan vitamin yang dikonsumsi setiap hari, efeknya apa ke tubuh? Dan bagaimana jika vitamin baik yang Emak konsumsi itu ‘dicampur’ dengan vitamin ‘palsu’ dari makanan cepat saji.
Vitamin palsu itu seperti apa? Emang ada?
Begini Mak, pabrik makanan mereka tentunya memproduksi sebuah produk melewati berbagai proses hingga menjadi makanan utuh. Kita nggak tahu kan apakah pabrik tersebut membuat vitamin yang murah di laboratorium mereka dan mencampurkannya ke dalam makanan.
We never know, Mak.
Okelah kita berpikir positif. Banyak vitamin yang terkandung di satu produk, misalkan produk X.
Tapi, produk X ini bisa bertahan lama jika Emak menyimpannya di freezer. Emak nggak curiga, kok bisa tahan lama produk itu? Apakah pakai pengawet?
Jika pengawet dicampurkan ke dalam makanan, yakin vitamin dan mineral itu masih berfungsi dengan baik untuk tubuh kita?
Big No, Mak!
Itulah mengapa, secapek apapun Mama, ada baiknya tetap masak untuk keluarga. Atau beli ke warung makanan atau makanan homemade buatan teman jika Emak mau menghindari makanan cepat saji.
Baca juga : Jaga kesehatan keluarga dengan wujudkan rumah yang sehat
-
The portions are rather small
Oke ini masalah porsi ya, Mak.
Coba deh Emak perhatikan porsi satu makanan cepat saji. Kecil bukan?
Ukuran porsi yang kecil bisa membuat Emak terus mengonsumsinya secara rutin dan bikin ketagihan.
Yeah, saat lapar, dan Emak pun mulai makan makanan itu. Seminggu sekali, menjadi dua kali seminggu. Berputar-putar hingga menjadi lingkaran yang mengerikan bagi kesehatan.
-
Terlalu banyak vegetable oil
Mendengar kata, vegetable oil (minyak sayur), yang ada di pikiran Emak pasti menyehatkan bukan?
Iyes, unsur sayur itu membuat kita berpikir, sudah pasti minyak ini aman untuk dikonsumsi. Saya pun berpikiran demikian.
Saya membaca beberapa jurnal kesehatan. Di situ mereka paparkan bahaya dari vegetable oil ini.
Vegetable oil dibuat oleh pabrik, biasanya dari bahan hasil modifikasi genetika. Dan vegetable oil merupakan minyak yang dibuat dari beberapa jenis biji-bijian. Pada umumnya dari canola, kacang kedelai, jagung, bunga matahari, kacang.
Berbeda dari minyak kelapa dan minyak zaitun yang bisa diesktrak dengan cara meremasnya secara alami, bahan vegetable oil berbanding terbalik, tidak bisa diekstrak dengan cara natural.
Yang aman apa? Minyak kelapa, minyak dedak (rice bran oil), minyak zaitun, and too bad ketiga minyak ini sangat langka ditemukan dalam bahan makanan cepat saji.
-
Terlalu banyak bahan kimia
Untuk membuktikan hal ini sangat mudah. Silakan Emak cek di label kemasan.
Selama ini bahan kimia yang sering saya temui di label makanan seperti : perasa, pewarna, sukrosa, chromium amino acid chelate, mono and diglycerides, dipotasium phospate, gliserin, sodium caseinate.
Semua bahan yang saya sebutkan apakah seperti real food? Saya tahu bahan-bahan kimia tersebut sudah diuji dalam hal keamanan.
Tapi, mengapa kita tidak mencoba untuk kembali ke nutrisi alami?
-
Terlalu banyak gula (pemanis buatan)
Pernah satu kali, saya membeli cookies di supermarket. Katanya cookies ini dipanggang, setelah saya makan, astaga manis banget.
Manis yang berlebih itu bikin saya berpikir, bahan apa yang dicampur hingga manisnya seperti itu? Sejak saat itu, saya berhenti membelinya, cukup sekali saja.
WHO merekomendasi untuk konsumsi gula harian, baiknya berkisar di angka 25 gram (6 sendok teh). Terlalu banyak gula bisa menyebabkan obesitas, kanker dan diabetes.
Tapi, Emak mesti tahu gula yang terkandung dalam buah-sayur-susu segar itu menyehatkan.
-
Too much salt
Mengapa makanan cepat saji mengandung banyak garam?
Karena, makanan ini akan dibekukan dan melewati proses pengiriman yang panjang sehingga harus ada bahan yang membuat makanan ini tetap terjaga rasanya.
Yeah, the best way to spice them up adalah dengan menambahkan garam yang murah dan mudah!
Mak, terlalu banyak garam itu nggak baik untuk kesehatan. Bisa menyebabkan osteoporosis, batu ginjal, jantung, tekanan darah tinggi dan kanker perut.
RDA (recomended daily amount) dari garam untuk orang dewasa adalah 6 gram.
Makanya, Emak mesti memerhatikan label kemasan ya. Jika di label itu, mengandung sodium berarti makanan itu mengandung garam. Apabila di label dituliskan, sodium 2,4 gram, maka Emak harus hati-hati.
Ingat, batas aman mengonsumsi garam itu 6 gram per hari ya Mak!
-
Makanan cepat saji adalah mass produced dan setiap bahan yang diklaim sehat itu memiliki risiko yang berbahaya
Jika Emak punya waktu luang coba baca tulisan Michael Moss, Salt, sugar, fat : How the Food Giants Hooked Us. Dan Emak bakal terkejut mengetahui fakta di dalamnya.
Tau nggak Mak, dalam proses produksi mereka memotong waktu yang seharusnya dan menggunakan garam untuk menguatkan rasa. Herbs itu terlalu mahal untuk dimasukkan dalam bahan-bahan jadi jalan yang mudah ya itu menambahkan garam!
Baca juga : Inilah 10 makanan yang berbahaya bagi ibu hamil
Memang benar, makanan cepat saji itu penyelamat, tapi ada baiknya dikurangi ya Mak. Nggak ada salahnya kan kita membuat sendiri camilan untuk keluarga? Lebih aman, higienis dan murah.
Terlalu banyak mengonsumsi makanan cepat saji pun berakibat buruk untuk kesehatan.
Pilihan ada di tangan Emak.
Makanan cepat saji itu memang menggiurkan banget sih, tapi kalau mau cheating doang masih boleh kali ya mak