Sudah nonton film Layla Majnun yang dibintangi Acha Septriasa dan Reza Rahadian? Film produksi Starvision yang dibesut oleh sutradara Monty Tiwa ini belum lama dirilis di Netflix. Pas banget dengan bulan Februari yang katanya identik dengan bulan tentang cinta. Hmmm… Ngomongin cinta memang enggak ada habisnya walau bulan cinta ini sudah bubar ya, Mak?
Film Layla Majnun : Perjodohan dan Cowok di Bucin
Sejujurnya saya belum baca cerita versi klasik yang ditulis oleh Syaikh Nizami. Mungkin nanti saya sempetin baca, ya.Sementara ini, kita bahas dulu versi filmnya, ya. Buatan Indonesia asli yang ngambil setting tempat di dua negara, Indonesia dan negara Azerbaijan.
Cerita dibuka ketika Natasaha Rizki yang meranin Niken nyerocos sama Layla (Acha) kalau pas ke Azerbaijan nanti didoain bakal ketemu cowok cakep, pangeran Arab dan bakal menikah di sana. Sik… walau pelajaran Geografi saya waktu sekolah dulu pas-pasan saya pengen protes. Ih, Keeen… Kok Arab? Azerbaijan kan pecahan Rusia. Arab dari mana sih?
Dan Layla kayaknya ngebaca kejengkelan saya (yeeeh, padahal emang scriptnya gitu, ya mak?) Azerbaijan itu bukan di Arab. Mungkin ini juga ditulis karena masih banyak yang mikir gitu kali, ya? Padahal Azerbaijan ini berasal dari ras Kaukasia yang populasinya paling banyak di Rusia sana, lho.. Di bagian awal film ini saya jadi betah nontonin. Karena kelakuan temen-temennya Layla dan muridnya sama-sama kocak.
Baik Niken atau muridnya masih punya cita-cita yang terlalu sederhana. Nikah sama cowok yang sesuai impian, ga neko-neko soal karir. Sesederhana itu. Padahal Layla punya pikiran panjang. Ia masih ingin mengejar cita-cita termasuk pergi ke Azerbaijan walau sebentar saja sebagai dosen tamu di sana.
Di lain sisi, Layla berasal dari keluarga Jawa yang masih terikat dengan budaya klasik Jawa yang masih menikahkan keluarganya dengan dasar perjodohan alias kawin paksa. Waktu itu Layla sudah dijodohkan oleh Pakdhenya dengan Ibnu yang diperankan oleh Baim Wong. Bosque di sini ceritanya adalah orang kaya raya tajir melintir yang sebentar lagi akan jadi bupati. Ibnu yang berbunga-bunga karena sebentar lagi akan memperistri Layla mengizinkan calon istrinya itu pergi. Dua minggu ini lah. Ga lama kali. Gitu kali ya pikirannya Ibnu.
Tapi pikiran Ibnu ternyata meleset.
Di Azerbaijan sana, Layla ketemu dengan Samir, pemuda lugu Azerbaijan yang jadi muridnya di sana. Samir ga bisa nahan diri untuk menunjukkan rasa suka dan cintanya sama Layla. Ditambah lagi ada Ilham temannya Layla – yang diperankan oleh Uli Herdinansyah yang terus ngipasin Layla buat melupakan Ibnu. Udah jadiin aja sama Samir. Nih gue juga mau merit sama orang Azerbaijan sini. Kurang lebih gitu provokasinya Ilham sama Layla.
Awal-awal cerita Layla ga ngeh eh apa ga peka, ya? Layla super duper cuek. Ya iyalah wong dia mauk nikah sama Ibnu. Ditambah lagi waktu jalan bareng, Samir pernah ninggalin dia sebentar buat ketemu sama Narmina (Beby Tsabina). Gesture mereka pas ketemu sekilas kayak orang pacaran, dan saya nangkap sedikit ekspresi dari Layla. “oh, pacarnyaaa…” gitu aja ga ada perasaan jealous walau kemudian Samir cerita kalau Narmina itu saudara sepupunya yang mau dijodohkan dan dia ga mau.
Sampai kemudian setelah berbagai cara Samir ngasih kode, Layla baru menyadari apa maksud dari semua perhatian Samir ketika Layla nunjukkin rekaman senandung Samir yang merdu. Sekilas pas denger senandung ini saya sempet mikir itu kayak shalawatan deh, Mak. Beneran. Tapi lama-lama saya denger merdu banget. Ih romantiiiis!
Kalau saya udah tau apa arti dari senandung itu (ya iylah kana da sub title), Layla yang ga ngerti nanya-naya soal ini sama Narmina. Bagaikan dicubit keras-keras, Layla baru ngeh dengan semuanya. Walau masih ada denial-denialnya. Ya itu tadi, sejauh apapun melangkah dan setinggi apapun cita-citanya, Layla sadar diri kalau nasibnya harus menjadi istri dari Ibnu.
Tapi yang namanya cinta itu kaya nunggu alias waiting tresno jalaran sokokulino. Eh witing sih itu ya? Hihihi… Lama-lama Layla nyadar kalau dia suka juga sama Samir. Selain ganteng, Samir juga temen ngobrol dan jalan yang asik. Layla udah nyaman sama Samir. Cara Samir menyanjung Layla juga memang gemesin. Bahkan Samir ngajakin temen-temennya kayak ngamen gitu di jalalanan kota Baku dan bacain isi bukunya Layla. So sweet, deh.
Sayang, cinta mereka datang terlambat. Belum genap dua minggu Layla menuntaskan program dosen tamunya, Ibnu udah datang menyusul dan eing ing eeeeng….
Dua cowok yang sama-sama sayang sama Layla ini mulai menunjukkan psy war-nya masing-masing. Layla galau, harus memutuskan sikap. Bertahan di Baku dan nikah dengan Samir atau ikut sama Ibnu ke tanah air dan jadi ibu bupati.
Akting Reza Rahadian sebagai Samir yang lagi bucin abis di film Layla Majnun ini sungguh gemesin. Saya merasa geli dan gemes (dalam arti positif tentunya) lihat cowok yang terjebak perasaan cinta dan sayang seperti di film ini. Eh ini ga diskriminasi gender atau gimanaaaa gitu. Sebagai perempuan saya seneng lihat posisinya Layla di mana segitunya Samir memperjuangkan cintanya. Dan kegemesan kita sebagai penonton diwakili sama Ilham yang cape teriak-teriak sama Layla buat melupakan Ibnu. Jadinya saya pengen pukpukin Reaza eh Samir deh (eh Samir kan maunya sama Layla, ya? Hihihi)
Sinematografi film merekam suasana kota Baku yang indah ini juga ditunjang dengan musik latar yang mengiringi selama Layla dan Samir menelusuri kota Baku. Romantis! Begitu juga ketika Layla hadir di pernikahan Ilham dan istrinya yang orang Azerbaijan itu ngasih insight baru buat kita sebagai penonton tentang keindahan budaya di sana.
Sementara itu unsur budaya Indonesia ini juga ditampilkan seperti ketika Laya menceritakan bagaimana filosofi seorang perempuan jawa dengan pakaian adatnya atau cendera mata beruapa wayang yang ekspresinya menyiratkan kesedihan. Saya ikutan patah hati waktu lihat Samir yang hampir gila sambil nangis dan meluk wayang pemberian Layla.
Dari sekian cerita cinta tentang patah hati, Layla Majnun yang satu ini jadi satu hiburan yang ngasih kesan manis buat saya. Bukan patah hatinya yang saya kasih high light tapi gimana Samir memperlakukan Layla itu yang ngasiih kesan yang jleb, langsung ke hati. Terlepas dari aktingnya Reza dan Acha yang udah mumpuni itu, ya. Ah udah deh, biar ga penasaran, tonton aja filmnya di Netflix ya, Mak. Saya ga mau gemes sendiri. Mau ngajak-ngajak emak juga nih hihihi…
Mak ada halaman web yang lola nih…
Trims infonya mak, salam sukses