Mengenal ChatGPT, Kecerdasan Buatan yang Membuat Google ‘Kebakaran Jenggot’

By Carra on February 02, 2023

Hai, Mak! Sudah kenalan dengan ChatGPT belum?

Beberapa hari belakangan, salah satu layanan digital ini memang ramai banget dibicarakan. Nggak hanya dibahas di banyak media online, orang pun memperbincangkannya dengan seru di media sosial. Apakah Emak juga cukup update dengan chatbot ini, atau sampai sekarang masih bingung, kenapa mengheboh? Atau, malah enggak tahu itu apaan? Hehehe.

Enggak apa, karena itulah artikel ini ditulis. Saya mau mengajak Emak untuk berkenalan dengan ChatGPT—siapa tahu ke depannya bisa dimanfaatkan. Karena seperti yang sempat saya sebutkan di artikel Tren Digital Marketing di Tahun 2023, Bisa Diterapkan juga untuk Blog sebelumnya, bahwa AI bakalan jadi hal penting ke depannya.

Dan, alangkah baiknya sebagai bloger, kita juga bisa mengikuti zaman, meng-update sesuai perkembangan, dan upgrade diri seperlunya agar tak ketinggalan, meski tetap harus dijaga supaya jangan sampai FOMO—fear of missing out—semata.

Intinya: Kita kudu ngerti apa yang kita lakukan.

So …

Apa Itu ChatGPT?

Nah, saya sempat nanya sendiri nih di TKP, apa sih ChatGPT itu?

apa itu chatgpt?

Kalau menurut sang robot sendiri, ChatGPT adalah model bahasa besar yang dilatih oleh OpenAI untuk memahami dan menjawab pertanyaan dalam bahasa manusia secara alami. Ini digunakan untuk membangun aplikasi chatbot dan juga bisa digunakan untuk tugas-tugas NLP lainnya seperti generasi teks dan sumber daya bahasa.

Nah, NLP sendiri adalah singkatan dari Natural Language Processing, yaitu cabang ilmu komputer yang mempelajari bagaimana komputer dapat memahami, mengolah, dan menggunakan bahasa manusia secara alami.

NLP memanfaatkan teknik-teknik dari ilmu komputer, statistik, dan linguistik untuk memecahkan masalah seperti pemahaman teks, generasi teks, penerjemahan bahasa, dan banyak lagi. Tujuannya adalah untuk membuat komputer dapat berinteraksi dengan manusia menggunakan bahasa yang sama seperti manusia.

Dengan kata-kata yang lebih sederhana, ChatGPT bisa dikatakan sebagai semacam “software” atau “robot” yang diprogram sedemikian rupa sehingga dapat menjawab berbagai pertanyaan, masalah, dan input lainnya, dengan respons yang mirip dengan manusia.

Lahirnya ChatGPT

ChatGPT pertama kali dikenalkan oleh OpenAI pada tahun 2019 sebagai evolusi dari model bahasa Transformer mereka yang disebut GPT (Generative Pretrained Transformer).

GPT sendiri memulai debutnya pada tahun 2018 dan menjadi salah satu model NLP terkemuka pada saat itu. ChatGPT dilatih dengan data teks yang sangat besar dan menggunakan teknik transfer learning untuk memahami dan memproduksi teks dalam bahasa manusia dengan baik. Sejak itu, ChatGPT telah menjadi salah satu model NLP paling populer dan sering digunakan untuk membangun aplikasi chatbot dan tugas-tugas NLP lainnya.

Bisa dikatakan, bahwa layanan ini merupakan bentuk teknologi baru sehingga memungkinkan komunikasi bisa terjadi dengan lebih mudah, cepat, dan praktis. Jawaban dan solusi permasalahan yang diberikan cukup on point; singkat, padat, dan cukup jelas. Meskipun untuk kasus-kasus tertentu, kita perlu menggalinya lebih dalam  lagi.

Dikembangkan oleh OpenAI—perusahaan kecerdasan buatan yang didirikan oleh Elon Musk—ChatGPT adalah salah satu domain kecerdasan buatan yang paling populer saat ini. ChatGPT memungkinkan mesin berbicara secara alami seperti halnya manusia, yang bekerja berdasarkan data dari berbagai sumber, yang memungkinkan mesin memahami esensi topik yang sedang dibahas.

ChatGPT dan Berbagai Kemampuannya

Kenalan dengan chatGPT

Teknologi ChatGPT terbukti dapat membantu pengembang membuat aplikasi lebih interaktif, memungkinkan mesin telusur menjawab pertanyaan secara alami dan memberikan jawaban yang relevan. Ya, memang sih, saat ini teknologi ini masih dalam versi Beta, dan sangat butuh untuk dikembangkan lebih lanjut. Namun, “efek” kehadirannya sudah sangat krusial bagi dunia teknologi.

Sering dimanfaatkan untuk membantu coding dan writing, mesin ini juga dipercaya mampu menggantikan peran customer service secara online lantaran dapat memahami inti pertanyaan dan memberikan jawaban yang tepat. Singkatnya, sebagai chatbot.

Ketika diimplementasikan dengan benar, teknologi AI ini dapat membantu mesin menjadi lebih cerdas dan meningkatkan kualitas interaksi manusia-mesin. Hal ini lantas memungkinkan meningkatkan produktivitas manusia—agar lebih fokus pada tugas-tugas lain yang lebih penting—dan menyerahkan tugas-tugas ringan secara otomatis pada mesin.

Jadi, semisal Emak butuh bantuan saat belanja online, Emak bisa saja kemudian chat ke customer service. Nah, di sini peran CS bisa digantikan oleh chatbot untuk membantu menyelesaikan masalah yang Emak hadapi.

Berarti “merebut” pekerjaan manusia dong?

Nah, ini dia mindset yang perlu kita ubah, Mak. Bahwa dengan adanya mesin penjawab ini, tugas-tugas melayani pertanyaan dan membantu menyelesaikan permasalahan yang “standar” bisa dilakukan oleh mesin. Manusianya bisa fokus mengerjakan hal lain yang lebih penting, seperti memikirkan berbagai strategi, mengatasi masalah yang lebih butuh sentuhan manusia, dan lainnya.

Begitu juga dengan pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah lain. ChatGPT juga bisa menyediakan jawaban yang cukup relevan.

Karena kemampuannya yang luar biasa inilah, sekarang Google kebakaran jenggot.

Alasan Google takut dengan ChatGPT

Saat ini, Google dikabarkan mengeluarkan ‘peringatan’ atau ‘code red’ terkait perkembangan ChatGPT. Pasalnya, ChatGPT terbukti mampu menghadirkan jawaban-jawaban langsung yang bisa sesuai dengan kebutuhan pengguna, tanpa repot-repot mencarinya lagi di Google.

Dengan segera, Google mengambil langkah antisipatif yang cukup drastis terkait akan hal ini. Alphabet—perusahaan induk Google—sampai harus memanggil kembali ‘sesepuh’ Google, yaitu Larry Page dan Sergey Brin untuk ‘turun gunung’ demi membantu proses perkembangan melawan ChatGPT ini.

Google benar-benar lagi kebakaran jenggot, Mak. Panik!

Semua itu karena ChatGPT dapat membuat mesin lebih pintar dan berbicara dengan orang secara lebih alami. Teknologi ini juga memungkinkan mesin untuk memahami inti pembicaraan yang sedang dibahas, memberikan respons yang tepat, dan memberikan hasil yang akurat.

Karena ChatGPT memungkinkan mesin untuk memahami maksud dan ucapan manusia, Google melihat teknologi ini sebagai ancaman terhadap posisinya di pasar layanan pencarian. Jika mesin dapat memberikan layanan pelanggan yang lebih baik dan lebih bermanfaat daripada yang ditawarkan Google, hal itu dapat mengancam posisi Google yang sudah bertahun-tahun bak ‘pemain tunggal’.

Selain itu, Google khawatir ChatGPT dapat menjadi ancaman bagi layanan AI-nya. Teknologi ini kemungkinan akan membuat mesin menjadi lebih pintar dan mampu memberikan hasil yang lebih akurat dan bermanfaat daripada yang ditawarkan Google. Ini mengancam posisi pasar Google dan menciptakan persaingan di pasar layanan AI.

Nah, itu sekelumit kenalan kita dnegan ChatGPT, sebuah kecerdasan buatan yang siap mendisrupsi dunia teknologi.

Pertanyaannya: Apa peran ChatGPT untuk dunia blogging? Apakah kita bisa memanfaatkannya untuk kegiatan ngeblog kita? Atau, justru “mengancam” keberadaan penulis, termasuk bloger?

Kita coba bahas ya, di artikel berikutnya.

Comments (3)

February 3, 2023

Mungkin blogger yang malas membuat konten tinggal bertanya dan jawaban keluar semua daei chatGPT ini lalu di copy paste.
Namun, bagi saya yang namanya lahir dari kreativitas asli pasti tetap akan bertahan dan menemukan pembacanya sendiri


February 6, 2023

Thank you Mak Ratri. Jadi jelas dengan baca artikel ini. Masya Allah luar biasa kemajuan teknologi. Manusianya makin canggih.


February 12, 2023

Buat aku sih malah agak membantu nih ChatGPT dalam mencari ide. Memang ide yang diberikan robot tuh efisien, tapi kalau butuh review, aku lebih suka baca yang ditulis dalam pengalaman. Jadi gak cuma point-pointnya aja.


    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: