Sekolah Kebangsaan – Pemilih Pemula Wajib Cakap Literasi Digital

By admin on March 14, 2023

Memangnya suara remaja didengar? Jika melihat apa yang telah dilakukan pemerintah, suara remaja tetap didengar. Agar suara ini terus mendapat perhatian pemerintah dan diwujudnyatakan dengan berbagai kebijakan, remaja perlu membekali diri dengan pengetahuan literasi digital. Supaya bisa menyampaikan aspirasi dengan santun dan beretika.

Tapi, di sisi lain kita juga tidak menutup mata bahwa generasi muda sekarang ini apatis terhadap dunia politik.

Ini tentunya tidak lepas dari banyaknya berita negatif yang menyorot kinerja pemerintah baik di daerah maupun pusat, secara tidak langsung menjadi pemicu tumbuhnya sikap apatisme ini.

Namun, hal ini tentu tidak bisa dibiarkan, mengingat masa depan bangsa ini juga tergantung dari partisipasi aktif masyarakat dalam pemilu, tak terkecuali para generasi mudanya. Untuk itulah Tular Nalar lahir, atas inisiasi dari Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) dan didukung oleh Google.org.

Dari Tular Nalar, muncullah program yang bernama Sekolah Kebangsaan. Di program ini, lebih merangkul remaja agar makin cakap literasi digital dalam menyongsong tahun pemilu.

Alhamdulilah tahun ini KEB Solo dipercayakan sebagai mitra untuk mengadakan program Sekolah Kebangsaan.

Sekilas Sekolah Kebangsaan Program dari Tular Nalar

Tular Nalar mengawali perjalanannya pada 2020.

Di tahun itu hingga 2021, Tular Nalar mulai mengembangkan kurikulum dan tools pembelajaran, seperti video, kuis, tutorial, modul, dll. Sampai kemudian, pada Oktober 2022 – Maret 2023, kurikulum tersebut sudah bisa didistribusikan melalui dua macam pelatihan yang diselenggarakan di 37 provinsi se-Indonesia. Dua macam pelatihan tersebut diberi nama Sekolah Kebangsaan dan Akademi Digital Lansia.

Sekolah Kebangsaan

Sasarannya: Anak muda (pelajar SMA atau mahasiswa semester awal) yang belum pernah memilih dan akan menjadi pemilih pemula pada Pemilu 2024

Usia: Antara 16 – 22 tahun

Tujuan Sekolah Kebangsaan: Memberikan pembekalan seputar peran pemilih pemula dalam demokrasi serta menanamkan pentingnya berpikir kritis dalam menghadapi berbagai macam informasi di Tahun Politik nanti.

Sekolah Kebangsaan KEB Solo – Pemilih Pemula Wajib Cakap Literasi Digital

Seperti yang sudah dituliskan di awal, Sekolah Kebangsaan menyasar anak-anak muda yang belum pernah memilih dan akan menjadi pemilih pemula di Pemilu 2024 nanti. Mereka ini umumnya merupakan pelajar kelas 3 SMA atau mahasiswa semester awal.

Beruntung sekali, salah satu Makmin di KEB Solo yaitu Ayaa (pemilik cahayatheprinces.com) merupakan pengajar di Universitas Sebelas Maret (UNS). Kebetulan lagi, Ayaa mengajar mata kuliah Kewarganegaraan, yang tentu sangat berkaitan dengan materi Sekolah Kebangsaan.

Dengan privilege ini, tanpa berpikir panjang lagi, segenap pengurus KEB Solo sepakat bahwa Sekolah Kebangsaan akan diadakan di FKIP UNS, pada Senin, 27 Februari 2023.

Persiapan Sebelum Pelatihan Sekolah Kebangsaan

Sesungguhnya, menjadi fasilitator di dua kegiatan Tular Nalar, bukanlah hal yang rumit.

Kenapa? Karena kurikulumnya sudah ada, materinya sudah komplit, begitu pun dengan tools-nya. Namun, para fasilitator Sekolah Kebangsaan yang terdiri dari 8 orang, 4 Makmin dan 4 member, tetap merasa perlu menyamakan persepsi. Untuk itu, sebelum hari H, kami mengadakan pertemuan di rumah salah satu Makmin.

Di pertemuan itu pula, kami bersama-sama mempelajari materi sekaligus mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan saat pelatihan.

Jalannya Sekolah Kebangsaan

Dan hari itu pun tiba. Kami sepakat untuk berkumpul di FKIP UNS pada pukul 08:30 WIB. Setelah berputar-putar mencari keberadaan FKIP di antara banyak fakultas lain di kampus besar tersebut, akhirnya delapan fasilitator dan tiga orang teknis pun bertemu.

Setelah semua lengkap, kami naik ke lantai dua menuju kelas tempat dilaksanakannya pelatihan. Para mahasiswa sudah menunggu di dalam. Namun, kami masih menanti Ibu Nur Sulistiyaningsih alias Bu Ayaa, sang ibu dosen.

Tepat pada pukul 09:30 WIB, Mak Ana Ike membuka pelatihan hari ini, disusul dengan sambutan dari Mak Ranny selaku Ketua KEB Solo, dan sambutan dari Bu Ayaa selaku ibu dosen.

Sekolah Kebangsaan di FKIP UNS, dibagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama diikuti 60 mahasiswa, dan sesi kedua 40 mahasiswa. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan kapasitas ruangan dan jadwal perkuliahan yang diampu oleh Bu Ayaa.

Waktu yang kami perlukan dalam setiap sesi adalah sekitar 1,5 – 2 jam. Dalam rentang waktu tersebut, kami menyampaikan materi Sekolah Kebangsaan yang terbagi dalam 3 segmen.

literasi digital

3 Segmen Sekolah Kebangsaan

Segmen 1 : Partisipasi Saya, Buat Saya!

Di segmen ini peserta diajak berpikir, untuk apa sih diadakan Pemilu? Lalu, sejauh mana warga Negara kita sudah berpartisipasi?

Ya, Pemilu yang merupakan Pesta Rakyat, sayangnya sering dikotori dengan berbagai kecurangan. Namun, jika hal tersebut dijadikan alasan untuk kita bersikap apatis, maka yang rugi adalah negeri ini.

Prinsip demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Nah, para pejabat, politikus, dan para pengelola negara membutuhkan aspirasi dari warganya untuk dapat membuat kebijakan yang tepat.  Pejabat publik juga wajib diawasi karena mereka bekerja untuk masyarakat.

Oleh karena itu, peran warga negara dalam memberikan gagasan dan pengawasan, penting untuk dilakukan. Bayangkan kalau tidak ada gagasan dari masyarakat dan tidak ada pengawasan juga, kebebasan dan kenyamanan kita bisa terancam, lho!

Segmen 2 : Memilih Pemimpin Ideal Kamu

Setelah di segmen sebelumnya kita membahas pentingnya berpartisipasi dalam pemilu, dan karena memilih pemimpin adalah sesuatu yang penting, maka kita harus menjadi pemilih yang kritis supaya kita tidak salah pilih.

Di sini, peserta diajak untuk berpendapat, pemimpin yang ideal itu yang bagaimana sih? Lalu, apa risikonya ketika kita memilih pemimpin yang keliru? Bagaimana cara mengetahui apakah pemimpin yang kita pilih sudah benar-benar tepat?

Segmen 3 : Periksa Fakta Sendiri? Kenapa Tidak?

Di Tahun Politik, seperti yang sudah-sudah, ada kemungkinan akan terjadi serang-menyerang antara pendukung satu dengan yang lain. Persebaran berita hoaks atau berita yang belum diketahui kebenarannya juga mungkin akan sampai di aneka social media, termasuk WhatsApp Grup keluarga.

Itulah mengapa, berpikir kritis adalah kunci bagi pemilih pemula, agar bisa menunaikan hak pilihnya dengan tepat.

Wujud berpikir kritis adalah dengan melakukan periksa fakta setiap ada informasi yang beredar. Nah, di segmen ketiga ini, peserta dikenalkan dengan beberapa tools cek fakta mandiri, seperti:

Tak hanya itu, peserta juga diajak untuk praktik langsung memeriksa kebenaran suatu berita, lalu mencoba menyimpulkan apa saja ciri-ciri berita hoaks.

Setelah Sekolah Kebangsaan ini usai, kami berharap generasi muda kita bisa menjadi pemilih yang cerdas, yang bisa memeriksa setiap informasi yang datang dan bisa menelusuri calon wakil rakyat yang akan membawa aspirasi kita.

Kami juga berharap, generasi muda kita menjadi generasi yang santun, cerdas, bertetika baik di dunia nyata maupun di dunia maya dan tentunya makin cakap literasi digital. Aamiin.

 

 

    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: