Mengenal 5 Jenis Pola Asuh dan Dampaknya Pada Anak

By Ranny Afandi on June 13, 2023

Dalam dunia parenting ada ragam jenis pola asuh yang bisa diadopsi oleh para orang tua. Namun, tidak semua pola asuh cocok untuk diterapkan dan setiap jenisnya memiliki dampak pada anak baik positif maupun negatif.

Membesarkan anak itu tidaklah mudah. Walaupun banyak teori parenting yang beredar dan sering dibahas di berbagai akun psikologi atau akun keluarga tapi sering ada yang missed dalam penerapannya. Hiks.

Berbagai kejadian yang terjadi belakangan ini kerap dikaitkan dengan pola asuh. Saya pribadi sepakat, karena seorang anak terbentuk itu berasal dari cara mengasuh orang tua.

Sebenarnya apa sih pola asuh?

Pengertian pola asuh anak adalah sebuah proses pendampingan anak-anak di mana hal ini dilakukan untuk bisa mendukung, mendampingi, mengembangan fisik, emosional, kecerdasan maupun keuangan agar si kecil bisa bertumbuh dengan baik dan siap menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan.

Jika dilihat dari pengertian, ada banyak faktor di dalam parenting yang mesti kita -para orang tua- mesti perhatikan. Ini membutuhkan waktu dan pembelajaran tanpa henti untuk orang tua.

Bagaimana dengan tujuan parenting itu sendiri?

Dikutip dari PsychCentral, tujuan dari parenting adalah membesarkan generasi agar bisa memberikan berbagai kontribusi untuk masyarakat.

Jadi, sudah jelas bukan bahwa orang tua mesti menambah pengetahuan dan wawasan terkait jenis pola asuh. Agar lebih mengenal parenting pada anak, berikut ulasan jenis-jenis pola asuh yang perlu diketahui sebagai referensi untuk tumbuh kembang baik si kecil.

Jenis Pola Asuh Anak dan Dampaknya

jenis pola asuh

  1. Pola asuh otoriter (authoritarian parenting)

Jenis pola asuh otoriter ini biasanya lahir dari pola asuh serupa yang diterima orang tua ketika mereka masih kecil. Pola asuh ini tidak memberikan ruang diskusi yang luas bagi anak, mendominasi, menempatkan orang tua sebagai penguasa dalam perkembangan si kecil. Segala peraturan yang dibuat untuk mengontrol anak.

Biasanya orang tua yang menerapkan jenis pola asuh ini terbilang keras dan kerap menggunakan alasan untuk mendidik. Jadi, anak harus tunduk dan patuh, apabila melanggar akan ada hukuman yang mesti diterima, tak jarang hukuman fisik sering dilakukan.

Dampak ke anak bisa berakibat buruk ke mental dan juga fisik anak. Anak bisa berperilaku agresif, pemalu dan tidak percaya diri. Sifat agresif ini terbentuk dari luapan kemarahan dan perasaan negatif yang telah menumpuk. Sebagai contoh, si A kerap diberi hukuman fisik, dia marah dengan keadaan tapi tidak bisa mengungkapkannya, maka dia pun meluapkannya dalam bentuk agresivitas ke orang lain.

  1. Pola asuh permisif (permissive parenting)

Jenis pola asuh permisif lebih bertolak belakang dengan otoriter. Parenting jenis ini cenderung lebih membebaskan dan menlonggarkan anak. Kendati demikian, belum sampai pada tahapan membiarkan. Jadi, tetap ada pantauan serta komunikasi pada anak.

Orang tua yang menganut pola parenting ini biasanya tidak memberikan banyak aturan, kontrol dan bimbingan. Bahkan orang tua tidak memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap anak (ada juga yang tidak memiliki ekspektasi sama sekali).

Beberapa dampak dari pola asuh permisif ini akan memberikan pengaruh terhadap sifat-sifat anak seperti:

  • Prestasi rendah
  • Lebih suka mendominasi
  • Suka memberontak
  • Kurangnya rasa percaya diri
  • Tidak jelas arah hidup
  • Egois

Selain dampak negatif ada juga dampak positif yang bisa dirasakan pada anak antara lain:

  • Anak menjadi pribadi kreatif
  • Tidak takuk mencoba hal baru
  • Anak yang aktif
  • Memiliki pengalaman yang banyak
  1. Pola asuh demokratis (authoritative parenting)

Pola asuh demokratis adalah gabungan dari permisif dan otoriter, tapi ini tidak bermakna negatif ya. Ada satu ketika orang tua akan tegas dan di sisi lain menjadi lebih fleksibel.

Menurut beberapa ahli parenting, jenis pola asuh demokratis ini adalah parenting positif dan baik dalam tumbuh kembang anak. Dalam pola asuh anak ini, orang tua akan menghindari melakukan kekerasan fisik dan lebih mendorong terciptanya ruang diskusi yang luas bersama anak.

Contohnya, menjelaskan pada anak mengapa satu aturan diberlakukan dalam rumah. Sederhananya, orang tua tidak membebaskan dan juga menerima begitu saja atas perilaku anak yang dianggap berlebih, tapi di sisi lain kontrolnya pun tidak berlebihan. Hal positif yang terbentuk adalah anak diberikan kesempatan untuk mencoba dan bertanggung jawab atas pilihannya.

Beberapa dampak dari pola asuh demokratis antara lain:

  • Lebih kreatif
  • Terampil dalam menyelesaikan masalah
  • Mempunyai keterampilan sosial yang baik
  • Percaya diri
  • Mudah untuk bekerja sama dengan orang lain

Tidak mengherankan jika jenis pola asuh anak ini direkomendasikan oleh banyak ahli. Karena orang tua memiliki sisi tegas, anak pun akan lebih respek dan sisi lain kasih sayang pun tetap jalan dalam membimbing mereka. Dan ini sangatlah penting dalam pembentukan karakter anak.

Baca juga : Pro Kontra Parenting ala Nikita Willy, Ini Faktanya

  1. Pola asuh mengabaikan (uninvolved parenting)

Pola asuh mengabaikan lebih sedikit tuntutan, respon rendah dan komunikasi yang sedikit. Jenis parenting ini, orang tua tetap memenuhi berbagai kebutuhan dasar anak, tapi terpisah dari kehidupan anak. Maksudnya, orang tua akan memastikan bahwa anak-anak cukup sandang-pangan-papan tapi tidak ada bantuan dalam hal bimbingan, aturan dan juga dukungan. Lebih ekstrem lagi, orang tua mungkin menolak atau mengabaikan berbagai kebutuan anak-anak.

Orang tua yang menganut jenis pola asuh ini bisa saja lalai tapi tidak selalu disengaja. Ini bisa disebabkan karena orang tua mengalami masalah kesehatan mental, kelelahan dengan pekerjaan domestik atau ada penyalahgunaan zat-zat terlarang. Efeknya, mereka tidak bisa merawat emosional dan fisik anak secara konsisten.

Pola asuh mengabaikan akan berdampak pada kondisi mental anak. Mereka akan merasakan kurangnya kasih sayang, menjadi introvert, pemalu, penyediri hingga anti sosial.

  1. Pola asuh popularitas (narcissistic parenting)

Dalam jenis pola asuh narcissistic ini, anak akan menjadi subjek tuntutan. Apapun yang akan dilakukan oleh anak harus bisa memberikan dampak positif bagi orang tuanya. Tak hanya itu juga, orang tua yang menganut gaya parenting ini cenderung suka membanding-bandingkan anaknya dengan orang lain.

Dampak yang akan dirasakan oleh anak seperti rendah diri, merasa tertekan dan sulit untuk berkembang. Di beberapa kasus, orang tua akan terlalu berlebihan dalam membanggakan anak dan berlebihan juga ketika memarahi anak.

Tenang, Maks, tidak perlu pusing dengan pembahasan di atas. Jadikan jenis pola asuh ini selayaknya kompas yang akan membantu kita membersamai tumbuh kembang anak dan membentuk karakter mereka. Tidak mudah itu hal yang pasti. Maka, butuh kerja sama antara suami istri dan anak-anak.

Semangat~

 

    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: