Beberapa waktu yang lalu, setelah perenungan dan pertimbangan sekian lama, saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya sebagai PNS, dan “beralih profesi” menjadi seorang ibu rumah tangga. Banyak orang yang kecewa dan sangat menyayangkan keputusan saya ini, mulai dari keluarga besar, teman, sahabat, bahkan tetangga.
Saya sangat memahami kenapa mereka menyayangkan dan sangat kecewa dengan keputusan saya. Status PNS adalah status yang sangat dicari-cari banyak orang, bahkan ada yang sampai mengeluarkan uang ratusan juta untuk menyuap demi status ini.
Ibu rumah tangga vs PNS
Saya bukan orang yang tidak menyadari hal ini, tapi alasan saya resign lebih penting dan mendesak dibandingkan status PNS yang saya punya. Kalau masalah rezeki, saya yakin Allah tidak akan membiarkan saya hidup tanpa Dia jamin rezekinya. Bukankah pintu rezeki ada banyak sekali? Tinggal kita yang mau menjemputnya lewat pintu yang mana.
Betul kan, Mak?
Efek lain yang saya rasakan sekarang adalah banyak orang mengira saya jadi punya banyak waktu luang setelah resign dan menjadi ibu rumah tangga. Salah satunya seorang sahabat saya yang sekarang baru saja diangkat jadi PNS. Suatu hari sahabat saya ini mengirimkan sebuah sms yang berbunyi, “Ga bosen di rumah aja?” Saya dengan serta merta langsung menjawab, “Ga. Malah merasa kekurangan waktu.”
Pernah juga kali lain saat mereka tahu saya resign, salah seorang teman kerja suami bilang begini, “Wah, kalau saya mah ga kerja itu bosen. Di rumah terus bosen dan bingung mau ngapain.”
Jadi ibu rumah tangga bosan? Nggak sempat bosan malah!
Saya tidak. Kalau saya justru merasa sibuk sekali setelah menjadi seorang ibu rumah tangga.
Saya memiliki dua orang anak. Yang sulung putra berusia 4,8 tahun, mulai masuk TK A tahun ini dan sedang belajar mandiri. Yang kedua putri berusia 1,4 tahun, masih bergantung pada saya sepenuhnya, apalagi masih minum ASI.
Sehari-hari kegiatan saya berpusat pada kedua anak saya ini. Selain itu, saya juga mengerjakan pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Di sela-sela kesibukan dengan anak-anak dan berjibaku dengan pekerjaan harian seorang ibu rumah tangga, saya juga menyempatkan diri menulis, membaca, membuat kue, menjahit, dan lain-lain.
Sering kali saya tidak dapat mengerjakan kegiatan-kegiatan yang saya sukai tadi setiap hari, karena terlalu sibuk dengan anak-anak.
Bagi saya, mengasuh anak-anak tidak hanya menyediakan sandang, pangan, dan papannnya saja, tetapi lebih dari itu. Mengasuh anak-anak adalah juga menyertai mereka saat bermain, menciptakan permainan untuk mereka, menyertakan mereka dalam setiap kegiatan.
Mungkin hal inilah yang membuat saya sangat sibuk dengan anak-anak, lantaran saya tidak pernah membiarkan mereka main sendiri.
Jadi, menurut pengalaman saya, jadi ibu rumah tangga bukan malah jadi pemalas, tapi justru semakin padat aktivitas.
Ibu rumah tangga adalah profesi yang sangat sibuk. Meskipun begitu, saya bahagia menjadi ibu rumah tangga.
Ya, saya bangga menjadi ibu rumah tangga.
—
Penulis: Elfathrah
yup saya pun mantep dgn memilih jd fulltime mother tanpa mengurangi kekaguman saya terhadap bunda bunda hebat yg bisa membagi waktunya untuk karier dan rumahtangga