Ditulis oleh Rahmah Chemist – http://istanacinta.com/
Mendidik Anak Mandiri Sejak Dini. Memiliki anak memang anugerah yang tak ternilai. Menjalani kehidupan sebagai Ibu adalah aktivitas yang sungguh menyibukkan. Namun, hubungan antara ibu dan anak akan biasa saja bahkan rumit ketika ibu (dan juga ayah) tidak mampu memahami bagaimana seharusnya membersamai anak, salah satunya adalah tentang bagaimana mendidik kemandirian anak sesuai dengan porsinya.
“Bu, anaknya kok dibiarkan makan sendiri?”
“Bu, anaknya kok masih balita sudah disuruh beresin mainan?”
Dan masih banyak lagi kalimat yang akan terlontar ketika melihat sikap saya dengan si kecil Salfa. Banyak yang bilang saya ibu yang tega, bahkan kalimat tersebut tidak jarang terlontar dari mulut-mulut keluarga sendiri, seperti nenek atau mbah-nya si kecil.
Mungkin, orangtua berasumsi bahwa hal yang wajar anak dimanjakan. Anak-anak membutuhkan kasih sayang orangtuanya terlebih saat usia balita. Lucunya, bentuk kasih sayang itu selalu dipadankan dengan memanjakan anak.
Belum lagi bagi orangtua yang kesehariannya bekerja di ranah publik. Ketika di rumah, orangtua menjadikan kebersamaan dengan anak adalah waktu untuk mengabulkan semua permintaan anak sebagai bentuk kasih sayang.
Ada juga yang berargumen seperti ini: “Dulu kan saya tidak bisa mendapatkan seluruh keinginan saya di masa kecil, maka saat ini saya bisa memberikan semuanya ke anak. Mengapa tidak?”
Dengan argumen ini, bermunculanlah orangtua yang memenuhi hasrat dan impian masa kecilnya melalui anak-anak mereka.
Ya, memanjakan anak bukan berarti membiarkan anak berbuat sesukanya, bergantung seterusnya kepada orangtua, sehingga kita sebagai orangtua sudah tidak punya waktu untuk sejenak me time dan mengurus urusan pribadi, bahkan mewujudkan mimpi kita sebagai manusia. Padahal salah satu mimpi kita adalah kelak memiliki anak yang sukses, mandiri di usia muda dan membanggakan orangtua, bukan?
Nah, untuk mewujudkan mimpi tersebut salah satunya dimulai dari bagaimana mendidik anak mandiri sejak dini. Mandiri bukan berarti bebas membiarkan anak berbuat tanpa bimbingan lho ya. Contohnya kembali kepada diri saya yang memiliki anak perempuan, kami ingin Salfa sejak dini sudah tertanam pendidikan yang kelak akan menjadi calon ibu.
Faktor Pendukung dalam Mendidik Kemandirian Anak
Saya dan suami tentu berharap bahwa Si Kecil bisa tumbuh dewasa bersama dengan kami. Namun, kami tidak pernah tahu akan membersamai anak hingga usia tersebut atau tidak. Kami harus berusaha menyiapkan anak untuk “siap” dengan kondisi tersebut.
Ya, menyiapkan anak mandiri sejak dini memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak yang perlu dipersiapkan sebagai faktor pendukung, diantaranya:
- Orang tua harus menciptakan lingkungan yang ramah untuk anak
- Orang tua perlu konsisten dalam melatih kemandirian
- Orang tua memberikan tanggung jawab sesuai dengan usia anak
- Orang tua perlu selalu memotivasi anak
Melatih anak mandiri sejak dini memang memiliki warna tersendiri. Sebab kondisi masing-masing anak berbeda. Melatih kemandirian anak juga bukan sebagai ajang kompetisi dengan orang tua lain tanpa memikirkan dan memperhatikan kesiapan anak.
Nah, anak kami berusia 3 tahun. Kami berusaha mendidik kemandirian seperti makan sendiri, memilih baju dan memakainya sendiri, membereskan mainan, mengenali tanda akan BAK atau BAB dan masih banyak lagi lainnya. Sebagaimana yang sudah saya tulis sebelumnya, proses melatih kemandirian tersebut memang menuai komentar. Namun, bukan berarti bahwa kita harus kendor dan akhirnya kembali menjadikan anak manja yang berlebihan.
4 (Empat) Kunci Mendidik Kemandirian Anak
Sekali lagi, melatih kemandirian anak bukan persoalan satu dua hari. Perlu waktu membuat Salfa mampu melakukan segala sesuatunya sendiri. Melatih kebiasaan mandiri perlu kunci agar berhasil. Dan kunci tersebut yaitu:
- Konsistensi; jangan harap hasil yang sempurna tanpa sebuah konsistensi. Melatih kemandirian anak melibatkan banyak hal seperti tenaga, waktu dan pastinya juga emosi. Tetapi, jika dilakukan dengan niat yang kuat dan usaha yang maksimal plus konsistensi tentu akan berjalan lancar seiring dengan waktu.
- Motivasi; orang tua perlu mendukung dengan terus memotivasi. Ketika semangat menjadi kendor, kembalikan lagi pada niat dan mimpi yang kita harapkan untuk anak di masa depan.
- Apresiasi; “Wah, anak Bunda hebat sekali sudah bisa pakai baju sendiri.” Kalimat ini salah satu bentuk apresiasi kepada anak ketika berhasil melakuakn sesuatu sendiri. Jangan pelit untuk memberikan apresiasi, karena sejatinya itu salah satu bentuk menjadikan anak bangga dan bahagia atas usahanya.
- Teladan; melatih kemandirian pun tidak serta-merta kita ajarkan tanpa kemudian kita sebagai orang tua tidak memberikan teladan yang baik. Apalagi saat usia masih balita, maka segala tindak-tanduk orang tua akan ditiru oleh anak. Perlu diingat, anak mungkin bisa salah memahami, tetapi anak tidak pernah salah mengcopy – Jadi, sebisa mungkin diri sebagai orang tua sudah mampu menjadi teladan untuk itu.
Well… menciptakan anak yang mandiri, sukses dan bahagia dunia akhirat memang bukan pekerjaan yang mudah. Namun, bukan berarti tidak bisa untuk dikerjakan. Anak-anak kita terlahir membawa fitrah-nya masing-masing. Maka sudah sepatutnya kita menggali fitrah tersebut, salah satunya dengan membentuk kemandirian sejak dini.
***
Blogpost Mendidik Anak Mandiri Sejak Dini merupakan tulisan pertama #KEBloggingCollab untuk kelompok Sri Mulyani.
Rahmah Chemist adalah blogger aktif dan ibu dari satu anak balita, Salfa.
Noted semuanya, tinggal dipraktekkan saat nanti mendidik anak supaya mandiri. Utamanya adalah memberi kepercayaan pada anak utk kreatif mencari solusinya dulu, tidak melulu kita yg mencarikan solusi utk anak. Pengalaman saat kita remaja adalah cara belajar yg menyenangkan yg bisa kita praktekkan. ^_^ TFS mbaa.