“Wah pulang mudik nih, enak ga sih kue Makuta? Katanya ngantri belinya?”
Berondongan pertanyaan sepulang mudik lebaran kemarin, tidak jauh – jauh dari kuliner yang lagi ngehits dan trend.
“Saya nggak mampir beli oleh – oleh kekinian, iya katanya ngantri jadi males.”
Oleh – oleh kekinian Bandung sempat membuat saya penasaran tapi tidak sepenasaran saya mencicip kuliner Bandung tradisional yang jadul dan khas kampung seperti colenak Simpang Dago, Kupat tahu, Awug Cibeunying atau lotek buatan warung tetangga.
Entahlah, saya kurang tertarik untuk larut dalam euphoria kue kekinian dengan ikut ngantri. Atau karena lidah saya memang lebih cocok dengan kuliner khas pasar, karena sedari kecil di sodori makanan itu. Jaman saya kecil, masih langka jajanan beragam cake atau wafer. Dulu cuma ada satu jenis wafer coklat yang gambarnya Superman hehehe.
Bukan hanya Bandung, kota yang kini memiliki oleh – oleh kekinian , trend ini terjadi di banyak kota besar di Indonesia. Tapi sepertinya kehadiran kuliner baru ini tidak menggeser kuliner khas daerah. Walaupun, tidak bisa dipungkiri beberapa kuliner daerah terutama yang berupa jajanan atau camilan, peminatnya berkurang. Kalau di Bandung, Colenak dan Bajigur yang mulai langka.
Anak – anak sekarang, terutama yang tinggal di kota besar, rata – rata kurang suka jajanan tradisional. Mungkin, lidah mereka tidak familiar dengan jajanan ini, termasuk anak – anak saya. Kalau ditelusuri penyebabnya karena saya tidak mengenalkan mereka jajanan pasar sedari kecil. Selain tidak kepikiran, di tempat tinggal saya dulu di perumahan, tidak ada warung yang menjual jajanan tradisional kalau ke pasar jaraknya lumayan. Mencoba membuat sendiri rasanya repot apalagi kala itu saya masih bekerja kantoran.
Sedikit dari deretan aneka kuliner Bandung tradisional ini mungkin akan membuat teman – teman bernostalgia atau berpikir untuk mencoba membuat atau membelinya saat ke Bandung.
Colenak
Jajanan khas Bandung ini tidak se famous batagor, siomay, cilok, cireng atau seblak. Yang menjualnya pun sudah mulai sulit ditemui. Ada yang belum tahu apa itu colenak? Katanya colenak itu singkatan dari kalimat dicocol enak.
Bahan dasar dari colenak ini adalah Peuyeum (tape singkong) bakar dan kuah gula merah yang dicampur parutan kelapa.
Jika teman – teman ke Bandung dan ingin mencicipi colenak ini, ada di jalan Kidang Pananjung Simpang Dago. Dijual di gerobak kaki lima hanya buka pagi hingga siang hari.
Awug
Awug ini mirip Dongkal kalau di Betawi. Walaupun termasuk katagori camilan namun mengenyangkan karena terbuat dari tepung beras, parutan kelapa dan gula merah. Kalau orang sunda biasa menikmati awug ini dengan the hangat tanpa gula.
Penjual Awug yang ngehits di Bandung dan sudah ada sejak saya masih remaja di daerah Cibeunying, terkenal dengan sebutan Awug Cibeunying (Jalan Ahmad Yani – Cicadas). Buka dari sekitar jam 6 (setelah magrib) jika teman – teman mampir ke sini sebaiknya jangan di atas jam 9 malam karena biasanya Awug sudah habis. Selain Awug kios ini menjual aneka jajanan tradisonal lain.
Dulu saat pulang kuliah kemaleman (kampus saya di Jatinangor jika pulang malam naik angkot karena bis kota hanya sampai magrib) suka mampir ke sini buat beli Awug
Bajigur dan Bandrek
Saat saya kecil, penjual Bajigur dan Bandrek biasa keliling kampung dari sore hingga malam, sekarang hampir tidak ada. Salah satu sebabnya, sepi peminat. Teman – teman mungkin sudah sangat familiar dengan bandrek dan bajigur karena kini ada kemasan sachetnya.
Bajigur adalah minuman yang terbuat dari santan, gula merah ditambah irisan kelapa muda. Sedangkan Bandrek berbahan dasar air, gula merah dan jahe. Untuk menguatkan rasa ditambah merica, serai atau susu. Ini disesuaikan dengan selera biasanya. Minuman tradisional ini biasa dinikmati dengan pisang kukus dan kacang rebus.
Ingin menikmati Bajigur dan Bandrek di Bandung? Biasanya ada di tenda kali lima di pasar Cicadas. Oh ya atau di Taman Kota di daerah Cilaki, ada penjual yang keliling jika malam.
Menikmati malam yang dingin di Bandung ditemani secangkir Bajigur atau Bandrek, nikmat pisan.
Itulah beberapa kuliner Bandung tradisional yang tak terlupakan sepanjang masa, tapi kurang peminatnya. Emaks punya kenangan atau nostalgia tentang kulinerBandung tradisional atau kuliner tradisional daerah masing-masing? Sharing ya.
***
Bernostalgia dengan Kuliner Bandung Tradisional ditulis oleh Rina Susanti, sebagai post trigger #KEBloggingCollab kelompok Butet Manurung.
Rina Susanti, mengelola blog http://www.rinasusanti.com
Juga aktif sebagai kontributor majalah parenting.
Kuliner sunda memang top markotop, suka banget…
Itu awug bikin ngiler, paporit keluarga banget, wkwkwk…