Anak SD Dijejali Banyak Les?

By admin on September 29, 2017

Perlu nggak sih anak SD dijejali banyak les? Jawaban saya, tergantung kebutuhan orangtua dan anak itu sendiri, tentunya.

Iya dong, kan mereka yang tahu kalau anaknya kurang dalam mata pelajaran tertentu. Memang sih, ada juga orangtua yang sekedar ikut-ikutan mengikutkan anaknya les. Mungkin karena ingin anaknya juara kelas.

Apakah saya dan suami juga ikuta-ikutan heboh mendaftarkan Nayla untuk mengikuti les mata pelajaran sekolah? Apalagi anak semata wayang kami itu sudah kelas 5 SD.

Sampai saat ini sih, kami belum mendaftarkan Nayla untuk ikut les apa pun. Bukan karena dia selalu mendapat ranking di kelas, tapi kami melihat Nayla masih mengerti pelajaran yang diberikan di sekolah. Lagi pula, keinginan kami sederhana, lebih baik nilai biasa saja tetapi dia paham pelajaran itu, daripada nilai bagus tetapi nggak mengerti isinya. Sama saja bohong kan?

Saya selalu bilang, tidak apa-apa kalau tidak juara kelas, karena juara itu hanya bonus. Tidak apa tidak dapat nilai 100. Paling yang saya tanya kok bisa salah, kebanyakan sih kalau untuk matematika, salah hitung karena terburu-buru. Jadi dia tidak pernah takut memberitahu nilai latihan atau ulangan di kelas ke saya.

Anak SD

Sekolah Cukup Menghabiskan Energi

Pastinya ya. Belum lagi cuaca dan jalanan macet di Jakarta membuat anak-anak mudah lelah. Bukan berarti kami tidak menawarkan untuk ikut daftar les pelajaran ke Nayla, tapi dia langsung menolak, “Enggak ah ma, capek”. Anak ini kayaknya ngak bohong sih kalau soal capek.

Bayangkan saja berangkat sekolah jam 6.10, karena harus sudah ada di sekolah 6.30, keluar dari sekolah 13.30 atau kalau pramuka pulang pukul 14.00, sampai di rumah pukul 14.30-15.00.

Di rumah hanya istirahat untuk makan siang yang sudah kesiangan, sholat ashar, kadang dia main slime kesukaan dia sebentar, sebelum akhirnya berangkat ngaji di TPA.

Nah kalau dia capek sekali, habis sholat ashar dia nyolong tidur sebentar, sambil berpesan minta bangunin jam 16.00 buat berangkat ngaji.

Kalau sudah begini mana tega saya bangunin dia buat ngaji. Anak kecil ini sejak masuk SD kelas 1, sudah ngak demen tidur siang, adaaaaa saja yang dia kerjakan, jadi kalau dia terlelap setelah pulang sekolah, artinya badannya bener-bener minta istirahat.

Itu juga salah satu yang bikin kita tidak mau nambah-nambahin dengan les pelajaran ini itu.

Les Seni

Nah, kalau balet, Nayla suka sekali, karena itu ketika dananya memang ada, dia sudah les balet sejak usia 5 tahun diikuti dengan menari di sekolah.

https://diarynayla.blogspot.co.id/2016/10/juara-1-nari-se-jakarta-timur-yaaaaaaay.html

https://diarynayla.blogspot.co.id/2016/05/bunga-teratai-mom.html

Cocoklah dengan keinginan terpendam  emaknya yang tidak kesampaian untuk balet atau menari waktu kecil hi…hi….

Lagipula pelajari seni seperti menari dan balet misalnya bagus untuk otak kanan, yang berfungsi dalam perkembangan kecerdasan emosi atau emosional, selain itu dengan menari, anak SD belajar untuk  menggabungkan gerakan dan musik serta kerjasama dengan teman.

Selain itu, Nayla suka gambar dari kecil, mungkin karena saya selalu menyediakan pinsil warna, cat air dan kertas. Jadi kemana-mana selalu bawa pensil warna yang kecil dan kertas, dan bisa anteng kalau lagi di mobil.

Kadang kalau lupa tidak bawa kertas gambar, dia minta struk pembayaran buat dia gambar bagian belakangnya.

Tapi kegiatan gambar kalau lagi di jalan agak berkurang sejak dia kenal gadget, makanya saya batasi hanya Jumat sore sampai Minggu, dia boleh pegang handphone selama 2 jam paling lama.

anaksd-les3

 

Les Bahasa

Kalau untuk ini, saya setuju dicoba sejak usia dini. Karena selain bahasa ibu, bahasa internasional penting untuk hidupnya nanti. Minimal dia bisa bahasa Inggris, bahasa yang bisa diterima di negara manapun

Sekarang saja daya saing dalam mencari pekerjaan sudah ketat, bayangkan 10 – 20 tahun kedepan ketika mereka dewasa. Anak-anak ini harus bisa mengimbangi perkembangan zaman yang semakin maju.

Tapi lagi-lagi masalah waktu yang akhirnya saya minta suami saya dulu yang mengajari Nayla bahasa Inggris, secara kuliah pakai bahasa Inggris pasti lebih jago lah ya, dan pasti waktunya lebih flexible,  bisa kapan saja dan dimana saja.

Biarkan Anak Menikmati Masa Kecilnya

Saya dan suami belum tega untuk mengurangi waktu bermain Nayla. Senin – Jumat pagi dia sekolah yang pulangnya pasti bawa pekerjaan rumah maklum sekolah negri.

Senin – Kamis sore dia mengaji di TPA, Sabtu pagi latihan paskibra, siangnya balet.

Hari Minggu bila tidak pergi kemana-mana,  kami biarkan dia mau mengerjakan apa saja,  mau berenang bareng teman-temannya atau bahkan hanya main slime berjam-jam.

Kayaknya kami santai ya? Mungkin karena nayla masih sekolah dasar, mungkin juga dulu saya dan suami waktu SD gak pernah les apapun, bahkan kakak perempuan saya jadi juara umum di SD tanpa les apapun, kalau saya sih masuk 10 besar saja sudah happy happy joy joy.

Ditambah ada berita di media online kalau ada anak SD yang stress berat gara-gara dipaksa les ini itu, padahal anak ini lebih kecil umurnya dari Nayla, sedih bacanya.

http://arenafakta.blogspot.co.id/2014/11/anak-ini-mengalami-gangguan-jiwa-karena-terlalu-banyak-les.html

Makanya saya dan suami untuk sementara, selama anak saya masih bisa menangkap pelajaran, dan kami pun masih bisa mengajari, belum akan memberikan les pelajaran tambahan.

Biarin deh dia menikmati dulu masa kecil tanpa stress yang tidak akan terulang lagi.

***

Perlu Nggak Sih Anak SD Dijejali Banyak Les? Merupakan post trigger #KEBloggingCollab untuk kelompok Yohana Susana yang ditulis oleh Hanny Nursanti.

Hanny, blogger yang tinggal di Jakarta dan mengelola blog: http://diarynayla.blogpost.co.id

Comments (12)

September 29, 2017

Waah..bener banget ini mak..
Tergantung kebutuhan dan budget, pastinya.

Kalau saya pribadi, baru-baru ini mendaftarkan kaka dan adik les melukis.
Alasannya,
Karena Abinya arsitek.
Haaha…anak-anak kami idolanya kedua orangtuanya.
Alhamdulillah..

Sepanjang anaknya happy, les justru melepas penat dari pelajaran di sekolah.

Happy Naylaa..


September 29, 2017

Happy juga untuk anak-anakmu mak. Sebagian besar anak anak memiliki bakat dan minat yg sama dengan orang tuanya ya


October 3, 2017

Kalau di Finlandia, anak-anak di sekolah tidak diberikan PR, jam belajarpun sedikit. Menurut pengalaman saya sendiri, teman-teman saya yang pinter dan juara di kelas belum tentu juga hidupnya jadi lebih OK daripada yang tidak. Ketrampilan dan melakukan apa yang disukai karena passion jauh lebih penting daripada hanya melihat prestasi akademis saja.


October 4, 2017

Di finlandia sistem pendidikannya paling asik dan terbaik di dunia ya mba, beruntung deh mak esther tinggal disitu .


October 5, 2017

Setuju banget. Les itu tergantung kebutuhan anak dan kemampuan ortu. Hehehe…
So far, anak-anak saya belom pernah masuk les ini itu. Eh, pernah sih, dulu pas mau masuk SD, pas akhir masa TK, mereka les baca dan les baca Alqur’an. Setelah lancar mah, ke luar lagi. Toh untuk melancarkan bisa kok dilakukan di sekolah dan di pengajian reguler. 🙂


October 20, 2017

Sama kita mak nia, semua sesuai kebutuhan


October 5, 2017

Saya lebih memilih memasukkan anak di tempat les yang bisa mengasah minat dan bakat anak-anak, bukan yang berhubungan dengan mata pelajaran di sekolah.
Tujuannya agar anak menjadi profesional di bidang yang disukai oleh mereka.


October 20, 2017

Bekal mereka kelak ya mak, kerja sesuai bidang yang mereka sukai


October 7, 2017

setuju banget mak Hanny, menurutku les tambahan boleh saja untuk kegiatan kesenian atau olah raga
pelajaran sekolah sih rasanya cukup di sekolah saja


October 20, 2017

Minat dan bakat kalau diasah dengan baik bisa jd bekal yang berguna banget ketika mereka dewasa ya mak


October 28, 2017

Betul sekali Mba, tetapi tidak semua anak mau les, termasuk anak saya yang saat ini masih malas. Pinter2 orantua aja untuk mengajari anak-anaknya, hehe


Trackback

    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: