Agustus lalu, Badan Pusat Statistik baru saja merilis Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2017. Berdasarkan hasil Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) menunjukkan Indeks Kebahagiaan penduduk laki-laki sebesar 71,12, nilainya lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan yang sebesar 70,30. Laki-laki hidup lebih bahagia, how can you do that? It’s so hard!
***
“Kamu nggak tahu Kak, berat banget, ini tuh berat Kak, beraat. Kamu nggak ngerti sih perasaan perempuan. Aku tuh CAPEK Kak, Ca…Pek kerja..”, saya jadi ingat luapan perasaan saya di tengah-tengah jam kantor pukul sembilan pagi.
Ya ela, masih pagi saya sudah deramaaaah. Percayalah, dibalik sosok saya yang terlihat kokoh dan tegar di blog, hidup saya juga punya luka, derita, deramaaaah telenovelaaah saudaraaah saudaraaah.
Hidup perempuan itu penuh tekanan, kecemasan, kekhawatiran. Apalagi emak-emak, mulai dari urusan ng-Asi versus Formula, ibu pekerja versus ibu rumah tangga, sampe hal receh semacam sabun batang vs sabun cair, terakhir pecahnya dua aliran Emak-emak, hanya perkara panci aluminium vs panci non aluminium. Ya Allah, ternyata hidup para Emak sungguh bertabur faedah.
Tidak hanya itu saja. Terpujilah wahai Emaks! Karena Tuhan memberkati perempuan kemampuan dengan radar kekepoan yang sangat tinggi. Di tengah-tengah kekacauan pikiran, tuntutan pekerjaan, kesibukan di rumah, urusan anak yang gak kelar-kelar, Emak-emak masih sempet-sempetnya scroll newsfeed. Demi apa? Demi sibuk ngepoin urusan orang, sambil mamam batako, ngibah-ngibah manjaaaah, update berita, syalalaaa lalaa.
“Kok bisa sih tega-teganya dia kewong lagi?”
“Hish dasar! Pelakor syariah”, (((Pelakor Syariah))), istilah baru.
“Nggak bisa ituh, enak aja maen lepas tutup jilbab, blaaa…blaaa…blaaa…”
Lalu diakhiri dengan baper berjamaah di pojokan,
“Aduh, aku nggak bisa bayangin gimana jadi istri pertama yang dikhianati”
“Bayangin dong kalau kita di posisinya dia, mungkin dia lagi depresi.”
Terus aja dibahas, sampai lupa masalah sendiri aja belon kelar-kelar. Rumah masih aja berantakan. Makanan belum juga siap dihidangkan.
Itulah sekelumit hidup perempuan. Sudah tahu dirinya berlumur masalah dan susah, masih pulak sibuk dengan masalah orang lain. Sudah gitu, lebay pulak! Perkara yang kadang sederhana bisa jadi rumit berkelok sembilan, pangkat kuadrat di kali kuadrat-kuadrat pangkat tujuh puluh delapan. Dan, mengapa laki-laki hidup lebih bahagia?
Saya tidak sedang mengeneralisir semua perempuan demikian, tidak!, ini adalah beberapa kenyataan yang sejatinya saya alami sendiri sebagai perempuan.
Karena perempuan punya kebutuhan yang berbeda.
Perempuan punya kebutuhan ruang bicara, berekspresi yang jauh lebih banyak dibandingkan laki-laki. Dari laman http://nationalgeographic.co.id menyatakan bahwa berdasarkan penelitian perempuan membutuhkan 20.000 kata per hari, tiga kali lipat dibandingkan laki-laki yang hanya sekitar 7.000 kata per hari.
Pada penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh University of Maryland School of Medicine menemukan bahwa perempuan memiliki FOXP2 (protein berbicara) lebih banyak dibanding pria. FOXP2 adalah semacam protein yang ada di dalam otak yang memiliki tanggung jawab untuk mengetahui seberapa besar seseorang berbicara. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa perempuan adalah pengamat yang tajam atau jeli. Perempuan tertarik untuk melihat secara detail sehingga perempuan memiliki banyak bahan untuk dibicarakan.
Jadi Maks, percayalah, kecerewetan dan kekepoan kita itu adalah anugerah, sudah terbukti secara ilmiah.
Menilik kembali hasil survei BPS tentang laki-laki hidup lebih bahagia, jika ditelaah lebih lanjut, tiga dimensi yang menjadi tolok ukur pada survei ini ialah Dimensi Perasaan, Dimensi Kepuasan Hidup, dan Dimensi Makna Hidup. Pada Indeks Dimensi Perasaan, laki-laki lebih tinggi (69,08) dari perempuan (68,14), begitupun pada Indeks Dimensi Makna Hidup, laki-laki sebesar 73,24 sementara perempuan hanya 71,29. Perempuan unggul pada Indeks Dimensi Kepuasan Hidup yakni sebesar 71,26 dibandingkan laki-laki yakni 70,86.
Pada Dimensi Perasaan, indikator yang digunakan adalah Perasaan Tidak Tertekan, Perasaan Tidak Khawatir/Cemas, Perasaan Senang/Riang/Gembira.
Ketiga wujud perasaan ini sangat rentan pada perempuan jika kebutuhannya untuk berbicara dan kemampuan keponya tidak tersalurkan dengan baik dan benar.
Salah satu sarana yang paling baik (yang juga saya rasakan) adalah dengan menulis. Lebih khusus lagi dengan nge-blog, menjadi seorang blogger.
Menulis membuat para perempuan bisa dengan bebas leluasa menumpahkan segala kecerewetan, keruwetan pikiran, kebutuhan untuk berhura-hura dengan kata.
Di blog, segala macam hobi, kebutuhan curhat, marah, sedih, benci, senang, sorak-sorak bergembira semuanya dapat tersalurkan. Tidak perlu khawatir dibilang Blogger Curhatan, woles saja, perempuan memang punya kebutuhan curhat kok.
Dengan menjadi seorang blogger, mengikuti komunitas yang berisi perempuan seperti Kumpulan Emak Blogger juga akan membuat hidup lebih hidup, lumayan punya temen ngibah bareng bakal punya sahabat perempuan yang lebih bisa saling memahami dan mengerti –karena tidak semua sisi perempuan dimengerti oleh lelaki-, menambah jejaring, dan bonusnya, bisa mendapat berbagai keuntungan finansial dari aktivitas ngeblog.
Ngeblog juga terbukti menyehatkan jiwa raga, sukma, ruh dan nyawa. Menulis membantu menstabilkan emosi, melaraskan fikiran, menyegarkan otak, dan hal ini ternyata dapat memberikan kadar kebahagiaan lebih terhadap perempuan. Menulis juga terbukti menjadi sebuah aktivitas positif yang bernilai faedah. Kreativitas terasah, kebutuhan bicara tersalurkan, kepuasan batin terpenuhi.
Yuks ah Maks! Mari kita giatkan aktivitas menulis demi kesehatan jiwa raga, perasaan dan hidup berbahagia.
Mari kita buktikan, di pengukuran Indeks Kebahagiaan akan datang bahwa tidak hanya laki-laki hidup lebih bahagia, kita juga bisa lebih berbahagia, hidup selamat sentosa, berjaya di darat, laut dan udara.
***
Lak-laki Hidup Lebih Bahagia, Kok Bisa? merupakan post trigger #KEBloggingCollab kelompok Mira Lesmana yang ditulis oleh Nurin Ainistikmalia pengelola blog www.istikmalia.com, seorang Emak sekaligus ASN Badan Pusat Statistik, tinggal di Kab Tana Tidung, Kalimantan Utara.
Huuum gitu ya ternyata …mmg wanita lebih cerewet dari cowok ya