Saat memutuskan menikah dengan seseorang, itu artinya telah siap dengan segala konsekuensinya. Menerima orang tersebut sebagai pasangan dengan sepaket kelebihan dan tentu juga kekurangannya. Siap dengan segala permasalahan yang akan dihadapi dalam rumah tangga. Serta belajar untuk menyikapi perbedaan dalam pernikahan yang akan ditemui dengan pasangan.
Seperti kata Asma Nadia “Pernikahan adalah tempat kita menyimpan amarah dan duka, juga tempat kita mengekspresikan cinta”.
Sudah beberapa kali saya membaca curhatan seorang teman berkeluh kesah tentang suaminya melalui status Whataps. Sebenarnya bukan turut campuri urusan rumah tangga orang, namun membacanya cukup geli juga. Dia merasakan ada perbedaan yang sangat signifikan antara sebelum dan sesudah pernikahan.
Karena kami cukup dekat, di waktu lainnya kadang tanpa canggung dia menceritakan kondisi rumah tangganya pada saya. Ada sebersit rasa sesal pada dirinya karena ternyata sang suami tidak memahaminya. Sebagai teman, saya cuma bisa menampung segala curhatannya. Bagaimapun dalam kondisi tertentu seseorang membutuhkan orang lain untuk meluapkan permasalahan hidupnya.
Tidak dipungkiri, yang namanya perbedaan dalam rumah tangga selalu ada. Rumah tangga saya pun demikian. Misalnya dalam pandangan politik, saya dan suami memiliki pandangan yang berbeda. Tidak jarang karena membela kubu yang kami yakini, terjadi perdebatan sengit. Namun bukan berarti kemudian saya memilih untuk memutus hubungan dengan suami atau unfollow akun karena tidak sepandangan? Tentu hal itu bukanlah penyelesaian dalam menyikapi perbedaan dalam pernikahan.
Pernikahan adalah penyatuan dua manusia yang berbeda menjadi satu ikatan bernama keluarga. Tidak jarang, dalam perjalanannya mengalami ombak yang berasal dari perbedaan baik karakter, pola asuh dan pendapat yang diyakini. Maka ketika terdapat berbedaan dalam rumah tangga ada beberapa hal yang dapat dilakukan, seperti:
- Memahami karakter pasangan. Meskipun, katakanlah telah berpacaran bertahun-tahun, namun ketika menikah barulah karakter asli pasangan akan terlihat. Dalam rumah tangga tidak ada yang sanggup ditutupi seperti masa pacaran dulu. Itulah sebabnya fase awal penikahan biasanya disebut penyesuaian. Menyesuaikan bukan hanya terhadap tanggungan yang biasanya hidup sendiri dan kini harus dengan orang lain, tapi juga belajar menyikapi perbedaan dengan pasangan demi tercipta keluarga yang bahagia.
- Menghargai pasangan. Ketika menemukan perbedaan dari pasangan dan tidak bisa menyamanakan pandangan, dalam berpolitik misalnya maka cara terbaik adaah menghargai pilihannya. Dengan menghargai pilihannya tentu tidak memunculkan perdebatan yang bisa menjadi riak dalam rumah tangga. Selain itu dengan saling menghargai akan menumbuhkan rasa cinta di antara pasangan suami istri.
- Komunikasi dalam rumah tangga menjadi sangat penting. Apalagi jika suami istri mempunyai perbedaan pandangan dalam berbagai hal. Jangan sampai karena kurangnya komunikasi menyebabkan kesalahpahaman dan semakin meruncingkan perbedaan. Begitu pun sebaliknya, dengan komunikasi yang baik maka perbedaan yang ada akan dicari jalan tengahnya. Namun jika tidak memiliki titik temu terhadap perbedaan tersebut, cara yang terbaik adalah saling menghargai.
- Saling menerima keadaan pasangan. Penerimaan terhadap pasangan inilah yang mampu menjadi kunci kedamaian dalam rumah tangga. Tidak ada lagi saling menyalahkan karena perbedaan karakter maupun pendapat dalam rumah tangga.
Dalam pernikahan terjadi perbedaan pendapat atau pertengkaran merupakan sesuatu yang wajar. Yang jadi catatan menyikapi perbedaan dalam pernikahan adalah jangan sampai pertengkaran tersebut menyebabkan biduk rumah tangga menjadi kandas di tengah jalan. Selayaknya perbedaan tersebut manjadi bumbu pemanis pernikahan yang semakin menjadikan kedekatakan di antara suami istri, saling memahami dan lebih mencintai. Karena sesungguhnya pernikahan bukan tentang belajar tentang pasangan sehari, sebulan atau setahun. Pernikahan itu belajar memahami pasangan hingga maut memisahkan.
***
Menyikapi Perbedaan dalam Pernikahan merupakan post trigger #KEBloggingCollab dari kelompok Mira Lesmana yang ditulis oleh Anis Khoir.
Anis Khoir, emak blogger yang tinggal di Tuban, Jawa Timur, dan mengelola blog www.aniskhoir.com
Media sosial:
Twitter/Instagram: @anis_khoir01
yup, belajar sampai mau memisahkan