So, artikel ini akan menyambung sharing mengenai hal-hal yang tak disukai oleh Google di artikel sebelumnya. Nah, salah satu hal yang tidak disukai Google adalah double content, sehingga perlu untuk menulis ulang artikel blog kita jika terpaksa memang harus ngepost ulang artikel yang sama.
Ini nih, yang sebenarnya jadi masalah, karena masih banyak di antara kita yang kurang mengerti.
Apa itu Double Content?
Double content adalah 2 atau lebih konten kembar yang ditemukan di 2 atau lebih web yang berbeda. Double content akan dideteksi oleh Google sebagai upaya plagiat, bahkan meski kita sendiri yang nulis, dan kita sendiri yang repost.
Nah, yang menjadi concern saya pada umumnya adalah makin ke sini, job yang ditawarkan pada blogger makin bervariasi. Salah satunya adalah repost merepost konten, baik dari/ke blog kita ke/dari blog klien.
Contoh lainnya adalah Content Placement, dengan konten yang sudah dibuatkan oleh klien dan kita tinggal publish saja. Yang ini nih kemarin sempat bermasalah ya? Ada job yang mengharuskan bloger untuk memosting artikel Content Placement, yang persis sama. Padahal jumlah bloger yang ikut job ada banyak. Nah, bahaya nih.
Kalau artikelnya persis sama, plek tiplek, ini bisa ketangkep Google sebagai double content aka konten dobel aka plagiat.
Karena itu, kita mesti ngulik tulisan tersebut supaya terbebas dari jebakan plagiarisme dan terhindar kena penalti Google karena dobel konten.
Bagaimana bisa suatu konten dibilang kembar?
Sebaiknya untuk setiap artikel yang kita tulis itu seharusnya memang unik and the only one ya. Dalam artian, artikel kita tuh nggak boleh ada kembarannya.
Kalau sampai ada kembarannya, nah, itu berarti kena isu plagiarisme deh. Which means, kopasan.
Nah, gimana kita bisa tahu, kalau artikel kita ada kembarannya? Untuk ngecek apakah artikel kita ada kembarannya atau enggak, bisa minta bantuan Plagiarism Checker ini. Cara mengeceknya, tinggal kopasin artikelnya saja ke bagian kotak teksnya, Mak. Ditunggu sebentar. Nanti si Plagiarism Tool ini akan menganalisis artikel kita, hingga hasilnya keluar.
Kalau sudah ada result, nah ini nih. Usahakan originalitasnya di atas 90% ya.
Kalau di bawah 90% gimana? Ya, berarti harus direwrite alias ditulis ulang alias diedit lagi.
Aduuuhhh! Ditulis ulang? Huhuhuhu.
Iya, Mak. Untuk lebih detailnya, kita bisa klik tuh tulisan-tulisan yang berwarna merah. Nanti akan kelihatan tulisan yang diduga kembar dengan konten kita.
“Lah, padahal itu tulisan sendiri lo. Saya kan cuma nulis di web anu, terus pengin post juga di blog sendiri.”
Yaaa, iya, Mak. Makanya harus ditulis ulang, minimal diedit. Nggak mau kan diwarning, di-blacklist dan di-ban sama Google?
Tenang, Maks. Rewriting atau menulis ulang artikel blog itu nggak sesusah yang dibayangkan kok. Kita cuma mesti tahu triknya aja.
Lakukan beberapa langkah ini untuk menulis ulang artikel blog agar terhindar jebakan konten dobel
1. Copy the ideas, not the words
Satu ide atau topik, bisa ditulis dalam banyak jenis kalimat dengan banyak sekali variasi kata. Kesalahan kita pada umumnya adalah sudah merasa takut duluan akan terbatasnya kata. Padahal itu hal yang nggak perlu ditakuti sama sekali.
Apalagi oleh kita, Mak, para perempuan. Kita tuh lo bisa ngomong 20.000 kata setiap hari! Dengan logika yang sederhana, 20.000 kata itu sama dengan jumlah kata dalam satu buku.
Jadi, karena ini mungkin tulisan kita sendiri, pastinya kan kita sudah mengerti betul ide tulisannya tentang apa. Iya kan, Mak?
2. Cermati yang tertulis merah di Plagiarism Checker
Tulisan merah itulah yang harus diubah, Mak. Jadi kalau memang hanya sedikit, ya berarti menulis ulangnya ringan. Kalau banyak? Nah, berarti PR berlanjut. 😀
3. Mencari sinonim
Nah, untuk awal, Emak bisa edit dengan mengganti beberapa kata dengan sinonimnya. Misalnya walaupun bisa diganti meskipun. Dia bisa diganti ia. “Bisa” diganti “dapat”. “Setuju” diganti “sepakat”. Dan seterusnya.
Carilah kata-kata umum yang dengan mudah diganti dengan kata yang sama maknanya atau sinonim, lalu ganti tanpa mengubah struktur kalimat.
Nah, di sini nih kekayaan kosakata kita diuji. Tapi, tenang. Di dunia maya itu banyak banget tools yang bisa kita manfaatkan untuk membantu. Untuk urusan sinonim, kita bisa kok minta bantuan ke situs sinonimkata.com.
Free nih, jadi manfaatkan sebaik-baiknya ya.
4. Ubah struktur kalimat
Kita bisa mengubah kalimat aktif menjadi pasif, atau sebaliknya, pasif jadi aktif. Kita juga bisa mengubah struktur kalimat pernyataan menjadi kalimat pertanyaan yang memancing.
Banyak hal bisa kita lakukan untuk mengubah pola dan struktur kalimat ini. Semakin sering dilakukan, semakin mudah, Mak.
5. Tambahkan ide lagi
Nah, kalau misalnya di tulisan sebelumnya ada terlewat satu dua pemikiran saat menulis konten, maka inilah kesempatan untuk melengkapi lagi.
Tambahkan ide lagi dalam tulisan kedua, sehingga dengan demikian kontennya malah justru lebih lengkap
Nah, demikian langkah-langkah menulis ulang artikel blog agar tak terjebak konten dobel.
Yah, memang kita harus bersusah-susah ya. Tapi ketimbang nyesel, tahu-tahu di-ban sama Google kan? Atau, kalau mau lebih oke sih, cari aja bahan tulisan lain. Jadi artikel baru deh. 😀
Beneran nih, Mak, isu konten dobel ini nggak boleh diremehkan ya. Bisa berbahaya untuk blog kita.
Sebenarnya praktik menulis ulang ini jamak saja dilakukan oleh penulis konten mana pun, untuk tujuan apa pun. Jadi Emak nggak sendiri.
Tapi, praktik menulis ulang inii nggak berlaku untuk pencantuman rujukan ya, Maks. Kalau rujukan atau referensi sih boleh kopas. Asal cantumkan sumber, lalu di-link-kan ke web referensi.
Selamat nulis, Mak!
Memang perlu banget untuk cek plagiarism yaaa mba. Enaknya sekarang banyak app or web yg bisa bantu check itu.