Setelah Avengers: Endgame yang menyisakan kesedihan, Marvel tidak mengijinkan para fans superheronya berlama-lama tenggelam dalam kehilangan. Trip Peter Parker alias Spider-Man ke Eropa bersama teman sekelasnya jadi latar cerita untuk film terbarunya Spider-Man yang rilis 2 Juli 2019 ini. Makanya, kali ini sequel Spider-Man diimbuhi tagline “Far From Home”. Berikut ini review film Spider-Man far From Home.
Review Film Spider-Man far From Home : Dikejar Teror Sampai ke Eropa
Peter (Tom Holland) punya rencana spesial saat berwisata ke Eropa. Rencananya, dia mau nembak teman sekelasnya MJ (Zendaya). Diledek habis-habisan oleh Ned (Jacob Batalon) yang tidak mau terikat komitmen selama di Eropa, Peter terjebak dalam dua masalah baru. Selain ada Brad Davis (Remy Hii) yang juga menyukai MJ, ia selalu dibuntuti Nick Fury (Samuel L Jackson) yang memaksanya untuk berkolaborasi dengan teman barunya, Quentin Beck alias Mysterio untuk memberantas kejahatan.
Sisi manusiawi Peter sebagai superhero yang masih pecicilan kerasa banget di sini. Gimana excitingnya dia bercerita rencana nembak MJ atau ketika mengekspresikan kekesalannya yang dipaksa harus menjadi Spider-Man meski jauh dari rumahnya di Amerika sana. Emang musuhnya tau dia itu Peter Parker yang mau trip ke Eropa? Mungkin begitu yang ada di pikirannya.
Waktu Nick Fury maksa Peter buat ‘kerja’ sebenarnya ga seperti seorang ayah yang maksa anaknya harus belajar di saat liburan. Nick santai saja walau sebenernya serius dan cenderung maksa. Buat Peter, dia datang ke Eropa buat jalan-jalan, happy-happy, pedekate sama MJ. Ga kepikiran buat cari musuh dan jadi hero. Peter makin kesel banget waktu Nick Fury bilang cuma dia aja superhero yang bisa diandalkan.
Well, aku bukan fans Marvel tapi sempet bingung juga siapa ini Mysterio? Itu yang langsung terlintas di benak. Tapi yaudah lah, ga usah dibawa pusing, let’s go with the flow. Enjoy aja sama fimnya.
Peter yang baru saja check in di hotel di Venesia mendapati terror dari monster aneh memaksa Peter bertransformasi jadi Spiderman. Gara-gara terror ini juga, Peter akhirnya nurut dengan ‘paksaan’ Nick Fury. Ia berkenalan dengan Mysterio, sosok Hero dengan kostum dengan helm ala astronotnya itu. Sejujurnya aku bingung pas lihat penampilan Mysterio, ini. Kenapa ga pake masker atau topeng saja daripada helmnya yang ngagokin itu, ya? Lucu, jadi terkesan konyol dang a jelas.
Mysterio, hero berhelm itu ga pakai lama jadi sahabatnya Peter. Sejak kenalan sama Mysterio yang nama lainnya Quentin Beck (diperankan oleh Jack Gyllenhaal) pula, ia makin sering dibuntuti teror ke manapun dia dan teman-temannya pergi, bahkan ketika mereka melintas negeri lain ke-4 negara Eropa lainnya (Republik Ceko, Jerman, Belanda dan Inggris).
Peter, teman-teman dan juga guru-gurunya tidak bisa menikmati trip. Selalu saja ada evakuasi dadakan yang mengharuskan mereka untuk segera pindah ke tempat lain. Ngeselin.
Ngomongin soal Quentin Beck, entah karena kebetulan ketemuan di Italia, aku langsung mengasosiasikannya dengan pemain bola di liga Italia yang terkenal dengan nama Seri A-nya. Ditambah muka brewokannya itu juga udah khas raut mukanya orang Italia sana.
Apa hubungannya Si Mysterio ini dengan analogi sepakbola?
Begini. Dalam sepakbola (Italia punya kompetisi sepakbola – Serie-A yang mendunia) trik pura-pura jatuh atau diving agar lawan mendapat hukuman berupa penalti atau minimal tendangan bebas sering dilakukan oleh sebagian pemain sepakbola (dan liga Serie A sempet popular dengan kelakuan pemain bolanya yang doyan main diving ini). Sesekali wajar, tapi lama-lama jadi bikin emosi jiwa penontonnya karena lebai, dan merugikan. Lalu datanglah teknologi VAR (Video Asistant Referee) yang membantu wasit untuk meninjau apakah keputusan hukuman yang akan diberikan itu udah sesuai apa belum.
Nah, si Mysterio ini cocok banget dengan karakter pemain bola yang suka diving itu. Mysterio ini juga mengingatkan kita pada karakter hero Marvel Universe yang identik dengan ilusi, sihir dr Strange. Bedanya Mysterio ini licin banget. Kalaupun dia jadi pemain bola, wasit, pemain lain dan penonton sendiri bakal terkecoh triknya yang luar biasa. Sementara dr Strange punya trik magis yang bisa megecoh lawannya secara visual sebagai seorang magician.
Efek CGI yang dominan muncul di film Spider-Man ini juga terasa banget. Walau ga se-wah efek yang muncul di film Avengers. Meski begitu, kita masih bisa menyaksikan aksi khas akrobat melompat dan gelantungannya Peter Parker yang terpaksa harus melawan monster yang aneh dan bin ajaib.
Setelah berkali-kali dibuat bingung ada apa dengan monster yang terus merecoki dan Brad yang mengganggu usahanya nembak MJ, Peter akhirnya kesampaian juga jalan bareng MJ. Tapi sialnya, MJ ngasih tau sesuatu sama Peter yang membuatnya sadar ia telah melakukan sebuah kesalah besar. Sebuah kesalahan besar yang bukan saja mengancam tema-teman dan gurunya tapi juga para superhero lainnya.
Sepanjang nonton film diputar kita tidak akan dibuat pusing dengan teori quantum soal waktu seperti yang kita saksikan di film Avengers sebelumnya di mana Peter Parker juga muncul. Sementara sosok Mysterio masih samar, kita akan dihibur dengan kelakukan Ned yang mengingkari olok-oloknya soal status Bujang selama di Eropa, dan tingkah teman-teman Peter lainnya yang khas banget dengan keseharian anak sekolah.
Seting tempat yang melompat-lompat dari satu negara ke negara lain hanya muncul sekilasan saja, mengikuti alur Peter yang digusur keadaan karena terpaksa harus berpindah-pindah ke negara lain demi keselamatan teman-temannya. Cape nontonnya, tapi alur film yang cepat dan dinamis membuat durasi film yang dua jam lebih 9 menit ini ga terasa lama.
Lagi-lagi Marvel menyelipkan teka-teki yang menyisakan banyak teori yang jadi bahasan rame para netizen setelah nonton, apalagi kalau dikaitkan dengan 2 post title yang muncul di akhir film.
Pusing? Jangan, abaikan saja. Nikmati aja romantic dan lebaynya Ned yang terlibat cinta lokasi, respon para guru dan May (Marisa Tomei) juga Happy Hogan (John Favreau) yang tetap memantau Peter dari jauh.
Seperti yang aku bilang tadi, walau Spider-Man bisa menyelamatkan banyak orang, sosok Superhero yang satu ini masih pecicilan. Masih butuh pengawasan dan bimbingan orang-orang sekitarnya agar tidak salah mengambil keputusan yang bikin repot banyak orang juga dirinya sendiri.