Hai, Mak! Saya datang lagi. Mau bahas … Bahas apa ya? Mau bahas resep masak sih. Masak konten. 😆 Mau tip menulis opini nggak? Yang kontroversial sekalian deh, kalau perlu. Hehe.
Yes, jenis konten memang banyak bet, ya. Dan semuanya tuh boleh kita pakai, Mak. Supaya apa? Ya, supaya blog kita tuh kaya kontennya. Seru, pembaca juga nggak cepat bosan karena tiap kali ada yang baru. Bahkan bisa lo, update-an blog kita tuh ditungguin kapan publishnya, saking seru dan kreatifnya kita.
Coba ya, siapa yang nggak mau blognya ditungguin publish? Pasti mau semua kan? Nah, salah satu cara untuk mengelola readership seperti ini tuh ya memperkaya konten.
Kalau biasanya Emak punya banyak konten berbentuk storytelling, coba deh sesekali diperkaya dengan berbagai jenis yang lain. Tambahin konten listicle, atau mungkin , bisa tuh.
Atau, tambahin dengan jenis konten yang akan kita bahas kali ini. Apa tuh? Yeps, kita akan bahas tentang menulis opini; konten yang subjektif, yang kita banget, yang mungkin berpotensi untuk kontroversial. Hohoho.
Menulis Opini
Sebelumnya, adakah yang pernah menulis konten jenis ini, Mak? Yah, kalau ada, boleh deh ditulis di komen yah! Ntar kita baca bareng-bareng deh!
Ada yang memang tertarik untuk menulis opini–bahkan mungkin yang kontroversial? Boleh kok, Mak, kalau memang mau bikin konten seperti ini. Nggak ada yang larang. Dan efek dari konten jenis ini cukup bagus lo, misalnya untuk mengangkat eksistensi kita, atau mau boost pageview.
Hanya saja, efek kurang okenya juga ada sih 😀 Tapi, asal kita bener cara nulisnya, juga didukung oleh banyak data, sudah siap pula dg konsekuensinya …
… then go for it!
Kenapa enggak kan?
Sebelumnya, kita mesti menetapkan dulu tujuan kita menulis opini–yang mungkin sedikit berbumbu kontroversial ini.
Biasanya sih, orang-orang yang suka menulis opini ini punya tujuan antara lain:
- Meluruskan / membantah sesuatu
- Memberikan edukasi
- Menarik perhatian
- Sekadar main-main doang, nggak serius. Sekadar meramaikan aja gitu.
Well, faktanya banyak yang kurang berani untuk menulis opini seperti ini ya? 🙂 Tapi, sebenarnya menulis opini itu nggak sesulit dan se”keras” itu kok, Mak.
Yuk, simak beberapa tip agar kita bisa menulis opini–yang mungkin akan berbumbu kontroversi–secara smooth.
1. Pilihlah angle topik dengan hati-hati
Pemilihan topik ini memang yang paling penting ya, Mak. Kesuksesan artikel kontroversial kita sangat ditentukan oleh ketepatan kita dalam memilih topik.
Meskipun kita mau membahas mengenai topik yang sensitif, itu juga enggak apa-apa, asalkan kita bisa memilih angle penulisan yang pas.
Apalagi kalau topiknya memang kita pahami betul, kita kuasai, dan kita sukai. Pastikan anglenya juga pas ya.
Dengan topik dan angle yang pas, kita akan lebih siap jika ada komen kontra yang muncul. Lebih gampang ngeles, gitu istilahnya kali ya, Mak. 😆
2. Perhatikan suara tulisan kita
Konten opini adalah konten di mana kita ikut urun pendapat mengenai suatu hal, dengan mengambil satu sisi pandangan yang menurut kita benar.
Nah, walaupun ini bener-bener pendapat kita, namun, ingat, Mak. Opini kita mungkin unpopular, atau nggak banyak yang sepemikiran, tapi itu bukan berarti kita lagi cari musuh, yes? Karena itu, pemilihan diksi–atau kosakata–yang akan kita gunakan sangat penting. Pun pemakaian tanda baca.
Kedua hal ini akan SANGAT memengaruhi suara tulisan kita secara keseluruhan.
Nyadar nggak, Mak, bahwa penempatan tanda baca yang salah sedikit saja bisa memberikan tone yang berbeda pada tulisan kita lo! Misalnya saja, gantikan tanda titik dengan tanda seru. Yang harusnya koma, jadinya titik. Ini bakalan beda banget lo, Mak, dirasakannya. Sematkan sedikit jokes di sana-sini, supaya lebih cair. Sematkan pula jargon-jargon kekinian, yang bisa bikin tulisan terdengar cheery.
Jangan sekali-sekali menuliskan artikel kita sembari berpikiran, “Ini blog saya. Semau saya deh mau nulis apa.” Karena, Mak, begitu berpikiran seperti ini, maka akan “keluar” juga tuh tone-nggak-enak-nya.
Coba deh, bandingkan dengan kalimat, “Ini pendapat saya, dan sekarang saya sedang menuliskan faktanya.”
Pasti beda deh, keluarannya.
Jadi, sebaiknya sebelum publish, Emak bisa coba untuk membaca drafnya lagi sambil bersuara, dan coba rasakan tone-nya ini, Mak.
3. Jangan membuat judul dalam bentuk pertanyaan
Kenapa kok jangan?
Nah, ini ada hasil studi dari Australian Research Council, yg membuktikan bahwa kalau kita menaruh judul berupa kalimat pertanyaan pada sebuah esai opini, maka akan memancing orang untuk berpendapat dulu menurut opini mereka, sehingga mereka cenderung untuk tak mau menerima opini dari kita, jika kebetulan berseberangan.
Bener nggak ya? Hmmm. Ada yang pernah membuktikan nggak nih? 🙂
Lebih jauh, lembaga peneliti resmi Australia tersebut juga menjelaskan, bahwa kita harus menaruh kalimat aktif positif sebagai judul saat kita menulis opini.
Jadi, misalnya. Alih-alih memberi judul “Ngeblog Setiap Hari – Yay or Nay?”, kita akan lebih mendapatkan respons positif jika menuliskan “Mengapa Saya Berpikir Kita Ngeblog Seminggu Sekali Saja.”
Well, tip yang bagus sepertinya nih dari Australian Research Council. Boleh dicoba ya, Mak! Atau, malah ada yang sudah pernah membuktikan, bahwa judul yang kayak gini akan lebih menarik?
4. Siapkan data pendukung atau backup opini dari orang lain yang punya otoritas
Ini penting ya, Mak, karena menulis opini ini kita harus punya sesuatu sebagai landasan. Kita nggak boleh menulis sesuatu yang tak punya dasar (atau dasarnya lemah)
Jadi, untuk mendukung opini kita itu, kita perlu riset ya. Data apa saja yang bisa menguatkan argumen kita. Bisa juga kita mewawancarai narasumber yang berkompeten.
Tentu saja, data dan narasumbernya adalah yang sepemikiran ya, Mak. Jangan yang berseberangan 😀
5. Tulis tanpa terburu-buru
Ini penting, supaya tulisan kita tak emosional. Konten jenis ini rentan ditulis secara emosional, sehingga kadang membuat opini jadi blunder.
Jadi, sebelum kita menulis opini, cari data dulu sebagai landasan kita berpikir, atau cari narasumber yang kompeten, lalu tulis dengan saksama. Don’t try to explain everything at once.
Tuliskan per tahapan.
“Mengapa kita berpikir demikian? Karena ini penyebabnya. Penyebab ini merupakan akibat dari anu, yang ditimbulkan oleh inu. Sehingga menurut saya, kalau inu ini diatasi, si penyebab juga tak akan muncul.”
Gitu deh kira-kira.
Nah, itu dia beberapa tip menulis opini yang oke–boleh kontroversial, tapi tetap nyaman dibaca dan tujuan untuk berbagi opini pun bisa tercapai.
Semoga bermanfaat ya.
Hati hati mak, walau smooth tetap aja kalau viral banyak semutnya haha