Beberapa Prinsip Internal Link dalam Blog yang Harus Dipahami

By Carra on February 10, 2020

Hai, Emak! Sekarang, kita mau ulik salah satu elemen SEO nih. Yaitu tentang internal link. Mengapa sih internal link ini penting, dan menjadi salah satu langkah SEO yang krusial?

Well, untuk memahami seberapa pentingnya internal link ini, kita sebaiknya juga paham dulu cara kerja Google dalam mengambil data konten kita untuk ditaruh di hasil pencarian.

 

Prinsip Hasil Pencarian Google

Prinsip gampangannya sih Google itu dapat data untuk hasil pencarian melalui penelusurannya terhadap link-link yang bertebaran di dunia maya. Jadi, tanpa adanya tautan-tautan yang saling menghubungkan satu situs/halaman dengan yang lainnya, there will be no Google.

Nah, kalau eksternal link jelas, menghubungkan satu situs dengan yang lain. Di sini Google juga akan menelusuri tautan yang menghubungkan halaman per halaman dalam situs kita sendiri juga.

Kenapa dia harus menelusuri dalam situs kita juga?

Untuk mendapatkan hierarki situs kita, agar dia bisa menakar seberapa berkualitasnya situs kita. Gitu, Mak. Karena dengan menghubungkan antar halaman itu menjadi petunjuk bagi Google bot untuk mengambil data kita, menakar seberapa berkualitasnya blog/situs kita, makanya internal link enggak boleh sembarangan.

Kalau kita sampai salah kasih petunjuk, Google bot nyasar, wah … dia bisa baper, Mak. Bisa marah dia. Yang kemudian dia akan memberi kita “hukuman” dengan memberikan penilaian kalau konten kita enggak berkualitas sehingga nggak perlu deh ditaruh di awal-awal hasil pencarian. Nggak usah direkomendasiin ke siapa-siapa.

Nah, jelas ya, kenapa hal ini penting untuk diperhatikan?

 

Macam-Macam Internal Link

Yes, tautan dalam blog ini memang ada beberapa macam. Mari kita lihat satu per satu, karena masing-masing juga punya sifat dan fungsinya sendiri-sendiri, yang kita mesti paham.

1. Navigational links

Ini adalah tautan yang bersifat dan berfungsi sebagai navigasi. Yang termasuk di sini adalah setiap link yang ada di homepage yang merujuk ke halaman lain di dalam blog yang bersifat navigasi.

Misalnya menu. Atau tautan-tautan yang ada di widget popular posts, atau recent posts, atau newest posts.

Navigasi ini sangat penting artinya juga bagi Google bot dan juga pembaca blog. Navigasi bisa membantu pembaca untuk menemukan informasi yang mereka cari, gampang dilihat, akan membuat orang enggak kesasar di dalam blog kita.

Ini juga salah satu syarat SEO yang utama.

2. Taxonomies

Yang termasuk di dalam sini misalnya categories, dan tags atau labels.

Kadang kalau kita lagi baca satu laman artikel, nah, di bagian bawah itu ada muncul tags atau labelsnya kan ya? Masing-masing bisa diklik kan ya? Itu dia yang masuk ke golongan taxonomies.

Ada sebagian SEO masters yang menyarankan, kalau keywords turunan yang kita pakai untuk membuat artikel, dibuat sebagai tags atau labels, agar lebih menolong posisi kita di Google. Pendapat ini kalau dipikir-pikir ya masuk logika sih. Karena Google kan akan mengambilnya sebagai salah satu tautan yang penting.

 

3. Contextual linking

Yang berikutnya adalah tautan-tautan yang kita taruh di dalam artikelnya. Contextual linking ini adalah sistem internal link yang kualitasnya paling tinggi untuk Google bot.

Jadi, jangan sampai diabaikan nih ya.

Dengan memberikan tautan-tautan yang relevan ke konten yang lain yang sudah ada di dalam blog, berarti kita memberi petunjuk pada Google dan users (pembaca) bahwa, “Nih lo, ada artikel lain yang juga setopik yang juga perlu untuk kamu baca!”

Atau, “Nih, kalau kamu mau penjelasan lebih lanjut, coba deh baca ini. Kamu akan lebih mengerti apa yang aku maksud.”

Jadi, ini menjadi salah satu penentu user experience banget deh.

 

Prinsip Terpenting dalam Internal Link

Satu hal yang pasti harus diingat saat kita sedang menambahkan internal link ini. RELEVANCY. Kenapa harus relevan? Ya, bayangin aja. Dikasih petunjuk, “Ini loh, konten yang lain yang setopik dan penting juga untuk dibaca.” Taunya topiknya entah nggak nyambung.

Kan bete, Mak.

Gampangannya sih gitu. Makanya relevansi itu SANGAT penting ya, saat kita mengaplikasikan contextual internal linking ini.

Relevansi antara apa? Antara anchor text dengan konten yang ditautkan.

Ha? Maksudnya gimana itu?

Anchor text adalah teks yang kemudian kita block lalu ditambahkan hyperlink, menuju konten yang lain. Jadi misal, Emak mau ngomongin tentang popok. Nah, beberapa waktu sebelumnya, Emak sempat juga menulis khusus tentang popok. Maka yang harus dikasih hyperlink adalah kata “popok”. Bener nggak?

Nah, itu namanya anchor text.

Sekarang. Kalau kita ngasih hyperlink pada kata “es krim”. Tapi ternyata konten yang ditautkan adalah “gerobak sampah” … gimana dong? Relevan enggak? Menyesatkan, pastinya kan? Nah, itu sebaiknya dihindari jauh-jauh deh.

Emang ada yang ngasih hyperlink ke kata yang enggak relevan? Ada, Mak. Banyak. Mungkin sangking kurang pengetahuan aja sih ya. Jadi, adalah penting bagi kita untuk sangat memperhatikan relevansi antara anchor text dan tautannya ya.

Lalu, berapa banyak kita boleh menambahkan internal link dalam artikel (contextual link) ini ke artikel yang lain? Yaaa, enggak pernah ada angka yang pasti sih. Google juga nggak pernah kasih tahu dengan jelas. Asal terlihat natural, yang ditautkan memang benar-benar yang perlu untuk ditautkan saja deh, Mak, jadinya.

 

Nah, gitu deh, prinsip dasar yang harus dimengerti dari menaruh internal link dalam blog. Basic banget sih. Dan simpel banget. Tapi kalau enggak paham yaaa … Bisa salah kan linkingnya.

Semoga penjelasannya bisa dimengerti ya, sampai di sini. Kalau ada diskusi, boleh ditulis di kolom komen ya, Mak.

Sampai ketemu di artikel selanjutnya.

    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: