Anak Tinggal Kelas, Kita Harus Apa?

By admin on March 25, 2020

Tahun ajaran sudah hampir berakhir nih. Mak, inget nggak? Dulu setiap terima rapor, kita pasti deg-degan dan bertanya-tanya, duh, naik kelas nggak ya? Atau jangan-jangan kita harus tinggal kelas? Huhuhu. Jangan-jangan di sini ada yang dulu pernah hobi ngumpetin rapor dari orang tua ya? Biar enggak kena omel?

Nah, sekarang si kecil yang akan segera menerima rapor. Menimbang kembali kegiatan dan hasil belajarnya sepanjang tahun ini, lalu apakah Emak merasa cemas? Jangan-jangan, si kecil harus tinggal kelas?

Sering kali, alasan sekolah untuk meminta seorang anak untuk tinggal kelas adalah karena guru dan orang tua menganggap ia belum memiliki kemampuan akademik atau ketrampilan sosial yang memadai untuk naik ke kelas berikutnya.

Anggapan ini masih menjadi kontroversi, bahkan setelah kurikulum diperbarui setiap tahunnya. Sebagian orang percaya, bahwa menambahkan satu tahun ekstra akan membuat anak berkesempatan memperbaiki kemampuan-kemampuan yang belum dikuasainya untuk berhasil di kelas berikutnya. Sedangkan, sebagian ahli pendidikan berpendapat, bahwa tinggal kelas tidak berpengaruh pada perbaikan kemampuan anak di tahun berikutnya.

Pada tahun 2014, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pernah mengeluarkan wacana peraturan yang melarang sekolah membuat anak tinggal kelas, namun penerapannya masih perlu dikaji lebih dalam.

 

Apa penyebab anak tinggal kelas?

Pilah Pilih Sekolah

Jika seorang anak tidak menunjukkan performa yang diharapkan dalam kelas, banyak hal yang perlu ditelaah. Akan lebih baik bagi kita untuk menghindari menganggap bahwa si anak malas belajar.

Orang tua perlu berbincang mendalam dengan guru kelas untuk mengetahui permasalahan anak di kelas. Apakah ada kesulitan belajar? Anak belum matang? Ada masalah motivasi belajar? Atau, ada masalah yang lain?

Kumpulkan informasi sebanyak mungkin dari guru kelas dan pertimbangkan untuk berkonsultasi kepada ahli, psikolog misalnya. Dengan mengetahui penyebab yang jelas, Emak lantas bisa menimbang dengan tepat apakah tinggal kelas akan menjadi keputusan yang tepat.

 

Keputusan untuk tidak naik kelas

Berdsarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), setiap sekolah memiliki panduan atau standar untuk menentukan kriteria kenaikan kelas. Orang tua perlu mengetahui hal ini dan membicarakannya dengan guru di akhir semester satu, terutama jika guru menganggap prestasi belajar si kecil mengkhawatirkan.

Keputusan tentang naik atau tidak naik kelas, biasanya menjadi hasil rapat tim guru dan kepala sekolah. Sayangnya, orang tua tidak pernah mendapat jatah untuk ikut berdiskusi selama ini. Akan lebih baik lagi bila orang tua diajak berdiskusi sebelum hari penerimaan rapor.

 

Jika sekolah menyatakan si kecil harus tinggal kelas, maka apa yang harus kita lakukan?

Anak Tinggal Kelas, Kita Harus Apa?

Dukungan yang tepat

Kesempatan kedua bisa bermanfaat jika si kecil mendapatkan dukungan yang tepat dari orang tua, guru, teman, dan lingkungan sekitarnya.

Jelaskan pada si kecil tentang penyebab ia harus tinggal kelas dengan bahasa yang positif. Misalnya, bahwa ia sama pintarnya dengan anak-anak lain, tapi perlu waktu yang lebih panjang untuk mempelajari sesuatu, termasuk hal-hal yang harus ia kuasai di kelas ini.

Bantu anak belajar di rumah

Bekerja sama dengan guru dan sekolah untuk memberi penjelasan serupa kepada teman sekelas si kecil, baik yang akan naik ke kelas selanjutnya, maupun yang akan tiba di kelas ini pada tahun ajaran baru.

Sikap positif dan mendukung dari guru dan orang tua akan ditangkap dan ditiru oleh anak, sehingga anak-anak cenderung mau mendukung anak yang tidak naik kelas.

Konsultasikan masalah belajar si kecil dengan psikolog hingga tuntas, dan lakukan saran-saran yang diberikan. Mama bisa berbagi dengan guru tentang hasil konsultasi tersebut dan tentukan bersama strategi apa saja yang bisa dilakukan di rumah dan di sekolah untuk membantu perkembangannya.

Apakah perlu pindah sekolah?

It’s all your call, Ma. Nilai kembali seberapa kondusif suasana belajar di sekolahnya. Jika ia bisa mendapatkan semua dukungan untuk terus berkembang, Emak bisa mempertimbangkan untuk tetap ada di sekolah yang sama.

Jika sebaliknya, pertimbangkan untuk pindah sekolah saja. Yang perlu dihindari adalah pindah sekolah karena emosi atau malu. Sudah tinggal kelas, namun tetap tidak melakukan apa pun untuk memberi dukungan pada si kecil.

 

Nah, Emak, memang yang perlu untuk mengubah mindset kita ya, yang terbiasa menganggap bahwa anak yang tinggal kelas adalah anak yang bodoh. Emak juga harus memberikan pengertian pada orang sekitar mengenai hal ini. Memang enggak mudah, Mak, mengubah mindset orang banyak tuh. Tapi, kita bisa berusaha kan, demi si kecil tercinta.

Semangat, Mak!

    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: