Perlu nggak sih anak SD dijejali banyak les? Jawaban saya, tergantung kebutuhan orangtua dan anak itu sendiri, tentunya.
Iya dong, kan mereka yang tahu kalau anaknya kurang dalam mata pelajaran tertentu. Memang sih, ada juga orangtua yang sekedar ikut-ikutan mengikutkan anaknya les. Mungkin karena ingin anaknya juara kelas.
Apakah saya dan suami juga ikuta-ikutan heboh mendaftarkan Nayla untuk mengikuti les mata pelajaran sekolah? Apalagi anak semata wayang kami itu sudah kelas 5 SD.
Sampai saat ini sih, kami belum mendaftarkan Nayla untuk ikut les apa pun. Bukan karena dia selalu mendapat ranking di kelas, tapi kami melihat Nayla masih mengerti pelajaran yang diberikan di sekolah. Lagi pula, keinginan kami sederhana, lebih baik nilai biasa saja tetapi dia paham pelajaran itu, daripada nilai bagus tetapi nggak mengerti isinya. Sama saja bohong kan?
Saya selalu bilang, tidak apa-apa kalau tidak juara kelas, karena juara itu hanya bonus. Tidak apa tidak dapat nilai 100. Paling yang saya tanya kok bisa salah, kebanyakan sih kalau untuk matematika, salah hitung karena terburu-buru. Jadi dia tidak pernah takut memberitahu nilai latihan atau ulangan di kelas ke saya.
Sekolah Cukup Menghabiskan Energi
Pastinya ya. Belum lagi cuaca dan jalanan macet di Jakarta membuat anak-anak mudah lelah. Bukan berarti kami tidak menawarkan untuk ikut daftar les pelajaran ke Nayla, tapi dia langsung menolak, “Enggak ah ma, capek”. Anak ini kayaknya ngak bohong sih kalau soal capek.
Bayangkan saja berangkat sekolah jam 6.10, karena harus sudah ada di sekolah 6.30, keluar dari sekolah 13.30 atau kalau pramuka pulang pukul 14.00, sampai di rumah pukul 14.30-15.00.
Di rumah hanya istirahat untuk makan siang yang sudah kesiangan, sholat ashar, kadang dia main slime kesukaan dia sebentar, sebelum akhirnya berangkat ngaji di TPA.
Nah kalau dia capek sekali, habis sholat ashar dia nyolong tidur sebentar, sambil berpesan minta bangunin jam 16.00 buat berangkat ngaji.
Kalau sudah begini mana tega saya bangunin dia buat ngaji. Anak kecil ini sejak masuk SD kelas 1, sudah ngak demen tidur siang, adaaaaa saja yang dia kerjakan, jadi kalau dia terlelap setelah pulang sekolah, artinya badannya bener-bener minta istirahat.
Itu juga salah satu yang bikin kita tidak mau nambah-nambahin dengan les pelajaran ini itu.
Les Seni
Nah, kalau balet, Nayla suka sekali, karena itu ketika dananya memang ada, dia sudah les balet sejak usia 5 tahun diikuti dengan menari di sekolah.
https://diarynayla.blogspot.co.id/2016/10/juara-1-nari-se-jakarta-timur-yaaaaaaay.html
https://diarynayla.blogspot.co.id/2016/05/bunga-teratai-mom.html
Cocoklah dengan keinginan terpendam emaknya yang tidak kesampaian untuk balet atau menari waktu kecil hi…hi….
Lagipula pelajari seni seperti menari dan balet misalnya bagus untuk otak kanan, yang berfungsi dalam perkembangan kecerdasan emosi atau emosional, selain itu dengan menari, anak SD belajar untuk menggabungkan gerakan dan musik serta kerjasama dengan teman.
Selain itu, Nayla suka gambar dari kecil, mungkin karena saya selalu menyediakan pinsil warna, cat air dan kertas. Jadi kemana-mana selalu bawa pensil warna yang kecil dan kertas, dan bisa anteng kalau lagi di mobil.
Kadang kalau lupa tidak bawa kertas gambar, dia minta struk pembayaran buat dia gambar bagian belakangnya.
Tapi kegiatan gambar kalau lagi di jalan agak berkurang sejak dia kenal gadget, makanya saya batasi hanya Jumat sore sampai Minggu, dia boleh pegang handphone selama 2 jam paling lama.
Les Bahasa
Kalau untuk ini, saya setuju dicoba sejak usia dini. Karena selain bahasa ibu, bahasa internasional penting untuk hidupnya nanti. Minimal dia bisa bahasa Inggris, bahasa yang bisa diterima di negara manapun
Sekarang saja daya saing dalam mencari pekerjaan sudah ketat, bayangkan 10 – 20 tahun kedepan ketika mereka dewasa. Anak-anak ini harus bisa mengimbangi perkembangan zaman yang semakin maju.
Tapi lagi-lagi masalah waktu yang akhirnya saya minta suami saya dulu yang mengajari Nayla bahasa Inggris, secara kuliah pakai bahasa Inggris pasti lebih jago lah ya, dan pasti waktunya lebih flexible, bisa kapan saja dan dimana saja.
Biarkan Anak Menikmati Masa Kecilnya
Saya dan suami belum tega untuk mengurangi waktu bermain Nayla. Senin – Jumat pagi dia sekolah yang pulangnya pasti bawa pekerjaan rumah maklum sekolah negri.
Senin – Kamis sore dia mengaji di TPA, Sabtu pagi latihan paskibra, siangnya balet.
Hari Minggu bila tidak pergi kemana-mana, kami biarkan dia mau mengerjakan apa saja, mau berenang bareng teman-temannya atau bahkan hanya main slime berjam-jam.
Kayaknya kami santai ya? Mungkin karena nayla masih sekolah dasar, mungkin juga dulu saya dan suami waktu SD gak pernah les apapun, bahkan kakak perempuan saya jadi juara umum di SD tanpa les apapun, kalau saya sih masuk 10 besar saja sudah happy happy joy joy.
Ditambah ada berita di media online kalau ada anak SD yang stress berat gara-gara dipaksa les ini itu, padahal anak ini lebih kecil umurnya dari Nayla, sedih bacanya.
Makanya saya dan suami untuk sementara, selama anak saya masih bisa menangkap pelajaran, dan kami pun masih bisa mengajari, belum akan memberikan les pelajaran tambahan.
Biarin deh dia menikmati dulu masa kecil tanpa stress yang tidak akan terulang lagi.
***
Perlu Nggak Sih Anak SD Dijejali Banyak Les? Merupakan post trigger #KEBloggingCollab untuk kelompok Yohana Susana yang ditulis oleh Hanny Nursanti.
Hanny, blogger yang tinggal di Jakarta dan mengelola blog: http://diarynayla.blogpost.co.id
Waah..bener banget ini mak..
Tergantung kebutuhan dan budget, pastinya.
Kalau saya pribadi, baru-baru ini mendaftarkan kaka dan adik les melukis.
Alasannya,
Karena Abinya arsitek.
Haaha…anak-anak kami idolanya kedua orangtuanya.
Alhamdulillah..
Sepanjang anaknya happy, les justru melepas penat dari pelajaran di sekolah.
Happy Naylaa..