Hai, Mak! Saya mau bahas segala hal tentang image untuk pendukung konten blog nih, sekarang. Soal kenapa sih image untuk blog ini penting banget untuk kita pikirin? Bikin tambah masalah aja ah!
Kenapa? Karena oh karena … Coba yuk, simak image berikut.
Dari infografis di atas bisa kita lihat, bahwa 90% informasi tersampaikan ke otak dalam bentuk visual. Otak pun bisa memproses objek visual 60.000x lebih cepat. 40% dari kita memang cenderung lebih suka menerima informasi secara visual ketimbang teks.
So, mau kasih info yang banyak ke pembaca blog? Bikinlah dalam bentuk image (baca: infografis). Pasti “nyampai”-nya cepet.
Makanya, supaya “pesan” kita yang banyak itu bisa “nyampai” dengan baik, ya kita nggak boleh sembarangan milih image.
Nah, ada banyak image yang memang bisa kita gunakan sebagai pendukung konten blog, tapi pastinya nggak semua bisa kita pakai. Terus, gimana milihnya? Image kayak apa yang bagus dan bisa kita pasang “menemani” artikel kita?
Secara teknis, ada beberapa kriteria agar satu image bisa kita jadikan pendukung konten blog agar lebih enjoyable
1. Apakah kita punya “hak” untuk menggunakan image tersebut?
Ini ada kaitanya dengan hak cipta. Kita nggak bisa comot saja image dari Google search, lalu langsung pasang begitu saja di blog kita.Karena SETIAP image dan/atau foto yang beredar di dunia maya itu ada yang punya.
Duh, kayak hati kita ya, Mak. Sudah ada yang punya. *bukan buat yang jomlo* #eh
So, buat Emak yang selama ini hanya comot image dari Google search, please diperhatikan ya.
2. Apakah foto/image yang akan dipakai relevan dengan isi konten kita?
Kadang nih ya, isi kontennya lagi bahas toilet training untuk anak di atas usia 5 tahun, eh imagenya bayi. Jadi, kurang nyambung aja gitu. Tentunya, ya efeknya enggak terlalu yang gimana-gimana sih. Pembaca blog tetap membaca konten kita jika memang konten kita menarik dan informatif untuk mereka.
Tapi, ya jadi kurang aja. Relevansi image dengan isi konten ini krusial. Kalau melenceng, ya gimana gitu ya Apalagi kalau image tersebut dipasang sebagai featured image, tapi enggak nyambung, atau sekadar buat mancing klik. Jadi kayak clickbait.
Misalnya, kita pasang foto Raisa, tapi bahasnya perawatan bayi. Ya kan gimana?
3. Image haruslah menarik
Menarik apanya? Ya, menarik dari segi angle, dari detailnya, dari warnanya, dari pencahayaannya…
Jangan sampai nih, pembaca blog kita mesti memicingkan mata gara-gara fotonya gelap. Duh! Pun jangan sampai pecah. Kan nggak lucu, kita lagi ada sponsored post, tapi foto produk yang direview malah blur.
Memang untuk mendapatkan foto yg bagus, kita nggak cuma cukup sekali shoot. Kadang mungkin sampe ngabisin memori SD card #lebay Tapi, pasti puas kan, kalau kita bisa kasih foto yang bagus di artikel sponsored kita? Iya dooong, pasti!
4. Image harus sesuai dengan tujuan penyampaian pesan
Maksudnya begini, Mak. Misalnya nih ya, kita ada job review body lotion. Difoto nih produknya. Eh, malah salah fokus. Harusnya fokus ke produk, malah fokus ke wajah kita. Padahal produknya produk body lotion, kan bukan buat wajah?
Kalau kayak gini, pesan yang dititipkan kan juga jadi enggak sampai kan ya, Mak?
5. Size-nya pas
Kadang ada juga foto atau image yang keluar dari frame blognya. Kenapa tuh, Mak, kok nggak diresize? Maaf nih ya, apa tahu cara nge-resize image? Nggak tahu ukuran yang pas untuk dipasang di blog? Atau, nggak sempat? Atau, malas?
Yah, lihatnya jadi nggak rapi aja sih, kalau fotonya ke mana-mana. Nggak indah dilihat. Pun, image yang nggak diresize dengan pas, bisa saja membuat loading time blog kita jadi lambat. Ingat kan, loading time yang lambat akan memengaruhi Bounce Rate?
Nah, kalau Emak mau compress image agar lebih proporsional dan lebih enteng loadingnya, ada beberapa tool nih. Salah satunya adalah tinypng.com, yang bisa me-resize secara proporsional antara resolusi dan kualitasnya. Mayan bantu banget tuh, dan dia free serta online. Jadi nggak usah instal deh.
Lalu, berapa sih ukuran image yang paling ideal? Nih, ada cheat sheet dari Bang Neil Patel untuk ukuran image di media sosial.
Nah, memang enggak ada yang untuk blog di infografis di atas, karena besarnya image blog itu tergantung pada frame template blog yang digunakan. Tapi, mungkin kita bisa pakai cheat sheet di atas untuk mencari seberapa yang paling optimal di blog kita.
Bisa dicoba-coba dulu, dengan ukuran Facebook or Twitter, misalnya, lalu diliat kenampakannya gimana. Kalau hasilnya nggak pecah, tetap tajam, nggak ada penurunan warna, nah, itu dipakai jadi standar.
Nah, itu tadi beberapa kriteria image yang bisa kita gunakan untuk pendukung konten blog agar terlihat bagus secara teknis ya. Sekarang kita ke masalah etika nih.
Beberapa etika untuk memilih image sebagai pendukung konten blog
1. No private parts of body
Meskipun tak ada larangan tertulis mengenai hal ini, tapi baik itu bagian tubuh anak ataupun bagian tubuh kita yang sifatnya pribadi, please, jangan dipublish di blog. Juga bagian tubuh orang lain ya!
Pastikan hanya memperlihatkan bagian yang pantas untuk diperlihatkan. Blog memang ibarat rumah buat kita. Tapi bukan berarti semua-mua bisa diumbar dengan bebas. Kayak misal di rumah kita juga nggak sembarang mengizinkan orang asing untuk liat-liat ke dalam kamar tidur kan?
Please pertimbangkan, jika hendak memasang foto siapa pun di blog ya? Kalau misal ada orang lain, ya minta izin dulu.
2. Tentang foto candid
Kadang kita mungkin harus mengambil foto di suatu tempat umum. Pasti banyak orang yang masuk ke frame. Sebisa mungkin, kita blur ya, Maks, orang-orang sekitar yang “tak bersalah” itu.
Ini ada kaitannya dengan menghargai privacy orang lain. Tak semua orang nyaman punya jejak digital di dunia maya. Apalagi nampang di blog orang. Meski mungkin dia juga jadi terkenal sih karena numpang ngeksis di blog kita. 😆
Tapi secara etika, nggak begitu sih seharusnya.
Nah, terus dari mana saja sih kita bisa mengambil image yang legal? Karena kan katanya kita enggak boleh asal comot dari Google search kan?
Ya, setidaknya ada 3 sumber yang bisa kita manfaatkan nih, Mak.
3 Sumber image untuk konten blog yang bebas pakai
1. Public domain sites
Ada situs-situs yang memang khusus menyediakan image untuk bisa kita pakai secara gratis tanpa harus menyebutkan kredit. Beberapa di antara situs penyedia free images ini, yang recommended, sudah saya tulis di blog. Silakan dicek ya, Mak, kalau mau tahu mana saja.
Banyak kan, Mak? Makanya, sebenarnya kita tuh nggak perlu lagi nyomot image dari Google search. Semua foto/image di situs-situs tersebut boleh diambil dan dipakai di blog dengan bebas.
2. Google advanced image search
Kalau memang terpaksa banget ambil dari Google, ada caranya supaya tetap legal.
Saat kita mulai mencari image di Google, cari di bagian Images, lalu klik Search Tools. Cari di bagian Usage Rights. Carilah image yang dalam kategori: – Labeled for reuse – Labeled for reuse with modification.
Nah, biasanya image-image yang muncul itu adalah yang bisa dengan bebas kita pergunakan.
3. Punya sendiri
Nah, ini mah yang paling aman seaman-amannya.
Untuk melindungi hak cipta, kita juga boleh menaruh watermark dalam foto kita. Pastikan saja, watermark-nya nggak menutupi atau mengganggu objek utama foto ya.
Pastikan:
- Foto nggak pecah
- Pencahayaan cukup
- Detail objek terlihat
Dan, ingat soal etika tadi ya, please! Kalau mau tahu beberapa tip sederhana untuk enhancing image, saya juga pernah menuliskannya di blog secara lengkap. Boleh mampir lagi, Mak. 😀
Nah, untuk membantu Emaks mempercantik image ini, ada beberapa online tool yang bisa dimanfaatkan. Cukup mudah, dan gratis kok.
Itu dia beberapa tip memilih image yang bisa menjadi pendukung konten blog kita. Terima kasih sudah membaca dan menyimak sampai kata ke-1200 ini ya, Mak 😆
Semoga bermanfaat.
menarik ini, saya selalu butuh gambar buat mudah dan menarik dipasang di blog. terima kasih buat sharingnya mbak