Review Film Replicas: Keluarga, Harta yang Paling Berharga

By Efi Fitriyyah on January 17, 2019

Kalau Indonesia punya Abah dan Euis dalam film Keluarga Cemara, Hollywood punya tema film yang mirip-mirip. Ada Mas Nunu alias Keanu Reeves yang  main di film Replicas. Film yang gress di awal tahun 2019 ini dan masih wara wiri di layar bioskop.  Sudah nonton belum, Mak?

Diceritakan karakter WiIl Foster yang dimainkan oleh Mas Nunu (Keanu Reeves) ini adalah seorang ilmuwan di laboratorium Biodyne, di Puerto Rico.  Adegan pembuka film menceritakan Will dan Ed (Thomas Middleditch), temannya sedang bereksperiman untuk mentransfer  data dari otak seseorang yang sudah meninggal ke satu unit robot. Bagian ini jadi bikin inget sama karakter super hero Robocop. Jangan bilang nggak tahu lho, Mak. Umur nggak akan boong hahaha.

Seperti yang kita tahu kalau karakter Robocop ini adalah manusia setengah robot. Sementara di film Replicas ini, proyek percobaan dinamai sebagai 345. Beneran robot, hanya saja diisi memori orang yang sudah meninggal.  Sukses? Boro-boro.  Karena ada yang miss dalam proses transfer data, Will mendapat warning dari atasannnya Jones (John Ortiz), karena enggak sedikit uang yang sudah digelontorkan untuk penelitian ini.

Will tidak pernah mengira kalau eksperimen di lab Biodyne ternyata akan ia aplikasikan pada keluarganya. Film bergenre science fiction ini punya rasa drama. Will tidak rela harus kehilangan istri dan anak-anaknya setelah mengalami sebuah kecelakaan. Makanya ia nekat bermain menjadi Tuhan, alias Playing God. Riskan. Karena sebelumnya barus aja ia kena omelan karena eksperimennya yang gagal itu tadi.

Lewat sebuah percobaan, Will yang dibantu Ed berhasil mengembalikan keluarganya dalam wujud manusia baru. Iyes, manusia baru. Jadi bukan robot seperti proyek sebelumnya. Tubuh-tubuh mereka dikloning dan tubuh lamanya dimusnahkan.  Seperti HP yang diinstal ulang, semua aplikasi berikut data yang ada di otak mereka ditanam ke tubuh baru. Mungkin kayak kita restore semua aplikasi sosmed dari hp lama ke hp baru. Semua data lama pindah ke hp baru.  Amazing, spektakuler, kan?

Baca juga tentang film Searching: Yakin Sudah Kenal Anak Kita

 

Masalah baru kemudian timbul. Jones mengetahui ada yang disembunyikan oleh Will. Sementara tubuh-tubuh baru dalam keluarga Will juga sedang beradaptasi dengan ‘suasana baru’ nya.  Belum lagi Ed yang dibuat galau karena terjebak dalam posisi serba salah. Ke sini teman, ke sana atasan.  Belum lagi konflik dalam diri yang harus diatasinya.

Film Replicas yang diputar selama kurang lebih 100 menit  ini sebenarnya menarik kalau fokus pada genre yang disasarnya. Apa mau fokus sebagai film fiksi ilmiah atau beneran drama?  Kalau dibuat sebagai film fiksi ilmiah, ada beberapa part yang bikin bingung. Hohoho awas spoil alert.

 

Film Replicas

 

Keluarga, Harta yang Paling Berharga

Demi sayangnya Will pada semua anggota keluarganya, ia nekat ‘ngutilin’ inventaris penelitian yang nilainya jutaan dollar. Belum lagi ia dan Ed bekerja keras ‘ngutil’ juga  ke belasan tetangga sebelah untuk menjaga agar proses pemindahan data memori keluarganya ke tubuh baru tidak mengalami gangguan karena sumber daya selama proses transfer berlangsung.  Itu gimana caranya bisa ngutil dalam waktu cepat, ya? Ini mungkin contoh dari The Power of Love eh Kepepet.

IMHO, Kalau digali dari sisi drama ini bakal lebih dapat.  Apalagi Alice Eve yang memerankan istrinya Will (Mona) di masa hidupnya yang asli (ya, kan kehidupan keduanya udah beda huehehe)  pernah bilang sama Will kalau suaminya itu punya anak-anak yang menyayangi dan istri yang mengaguminya.

Nah, emosi  dramanya Replicas malah terasa flat. Baik ketika Will harus menentukan sikap sebelum proses ‘transfer data’ dilakukan, atau ketika tubuh-tubuh barunya mengalami kebingungan. Padahal emosinya harus lebih dapat karena dalam kehidupan nyata, Keanu Reeves pernah mengalami kehilangan anak dan istrinya di masa silam.

Bukan saja Will yang ga ikhlas melepas kepergian anak istrinya, kompromi yang terlalu gampang dan kejutan yang ditawarkan rasanya kurang wah dan ga mau move on dari kenyataan.  See, sutradara atau skenario film pun bisa galau saat harus berdamai dengan pilihan?

But anyway, alur film besutannya Jeffrey Nachmanoff ini tetep mengalir. Nggak kecepetan ataupun pelan. Jadinya nggak ngebosenin amat, sih.

Yang nggak suka drama mehek-mehek bisa terus melekatkan pandangan mata ke layar dan nebak-nebak  selama nonton   aksinya Keanu yang minim dari aksi laga.   Tuh, kan. Jadi ini film cenderung ke fiksi ilmiah atau drama? Ya udah nonton aja ya, Mak. Apalagi yang kangen sama wajah kalem dan cool-nya Keanu Reeves. Ya setidaknya kita udah bisa nerima kenyataan kalau dia udah tuir (tua) hehehe.

    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: