Hai, Mak! Kali ini kita akan ngomongin struktur artikel yang benar nih. Yuk, merapats! 🙂
Mengapa struktur artikel ini mesti bener sih, kalau kita pengin nulis di blog? Kan nulis di blog harusnya ala-ala kita sendiri. Kenapa mesti diatur-atur sih?
Ya, sebenarnya enggak diatur-atur sih, tapi banyak yang bisa menjadi keuntungan kita kalau struktur artikel kita bener.
Di antaranya:
1. Akan lebih mudah dibaca oleh pengunjung
Tahu nggak sih, Mak, bahwa sebagian besar netizen itu punya kebiasaan hanya mau skimming doang, alias fast reading? Dengan kebiasaan ini, maka mereka sih berharap, dengan sekali scanning mereka sudah mendapatkan informasi yang mereka cari.
Somehow memang menyedihkan ya, kebiasaan ini? Tapi ini realitas sih. Memang begini kondisinya pembaca kita.
2. Struktur artikel yang benar juga disukai oleh Google
Somehow, robot perayap Google yang datang ke blog kita itu perilakunya dibuat “mewakili” behavior pembaca umumnya. Misalnya, robot perayap Google juga membaca konten dari kiri ke kanan, dan bukan kanan ke kiri. Ini mengikuti perilaku mayoritas pembaca online.
Pun robot perayap Google ini juga suka membaca artikel dengan punya struktur yang enak dibaca.
3. Lebih mudah ditulis
Begitu juga dengan kita sendiri, sebagai penulis konten di blog, Mak. Kita juga terbantu lo, kalau kita bisa menulis dengan struktur artikel yang bener ini.
Kenapa? Karena ya, jadi lebih sistematis.
Nah, jadi sudah paham ya, struktur artikel yang benar ini memang penting banget untuk diketahui. Makanya, kita bahas sekarang yuk!
Kemarin sih sebenarnya kita udah bahas soal konten yang enak dibaca ya? Ya, ada sih yang udah termasuk di sharing kemarin ini. Tapi, di artikel ini, kita akan lengkapi lagi deh ya.
Jadi, apa saja nih yg perlu kita perhatikan untuk menulis dengan struktur artikel yang benar? Mari kita lihat, Mak.
1. Gunakan paragraf pendek
Nah, mungkin ada yang ingat nih, saat pelajaran SD, kita diajarin oleh guru. Kalau dalam sebuah karangan ataupun prosa, satu paragraf itu harus hanya terdiri atas satu gagasan utama, dan beberapa gagasan pendukung. Sehingga, kadang, satu paragraf itu bisa panjaaang bats, tergantung pada gagasan-gagasannya.
Iya nggak, Mak?
Nah, sayangnya nih. Kondisi dan perilaku pembaca online itu jauh berbeda dengan kondisi pembaca buku ataupun media lain yang konvensional, seperti yang diajarkan oleh guru-guru kita saat SD dulu.
Setidaknya, ada satu perbedaan yang sangat besar. Bahwa artikel online itu akan cenderung lebih melelahkan lantaran kondisi gadget yang kita gunakan.
Coba deh rasakan. Kalau kita membaca artikel online atau apa pun deh melalui gadget, mata akan lebih mudah lelah dibandingkan kalau kita membaca buku atau sesuatu yang dicetak.
Bener nggak, Mak?
Karena itu, kita enggak bisa lagi menggunakan pakem satu gagasan pokok dan beberapa gagasan pendukung dalam satu paragraf seperti yang diajarkan dulu. Akan lebih baik kalau kita membuat paragraf sependek mungkin. Bahkan bisa saja kita membuat paragraf yang hanya terdiri atas 1 kalimat saja.
Kenapa? Soalnya kalau paragrafnya terlalu panjang, orang jadi lebih mudah lelah. Peluang siwer itu lebih besar, Mak.
So, please, keep the paragraf short and sweet ya!
2. Variasikan panjang kalimat
Nah, ini juga ada kaitannya dengan ketahanan membaca seseorang.
Kalau kalimatnya panjang–sama seperti paragraf tadi–bakalan rentan siwer. Tapi, kalau terlalu pendek-pendek, nah, yang baca juga akan terasa seperti disentak-sentak gitu, Mak. Kalau di musik, itu ada yang namanya irama Staccato. Ya kek gitu deh 😀
Lalu, gimana baiknya? Variasikan, Mak. Ada yang panjang, ada yang pendek. Dengan begini, artikel kita akan lebih punya irama, dinamis, dan nggak monoton. Dibaca enggak melelahkan, pun enggak membosankan.
Lagi pula nih ya, menulis itu soal olah rasa. Jadi, rasakan deh, Mak, saat kita menulis itu. Kalau perlu baca tulisan kita lagi setelah selesai sambil bersuara. Biasanya sih sambil bersuara, jadi keliatan tuh, mana yang mesti diperbaiki.
3. Perhatikan hierarki dan pergunakan subjudul
Dalam sebuah struktur artikel, itu ada hierarki, Mak.
Ada bagian yang lebih penting ketimbang lainnya; bagian utama, dan bagian pendukung. Ada poin besar, yang kemudian di-breakdown menjadi beberapa poin kecil, yang bisa saja di-breakdown lagi menjadi beberapa poin yang lebih kecil lagi. Dan seterusnya.
Nah, yang begini basic banget, dan mesti kita pahami. Kita mesti bisa meraba sendiri, artikel kita nih topik besarnya apa yang kemudian ada berapa bagian, dan per nama bagiannya apa saja.
Inilah yang nantinya akan menjadi dasar pemikiran kita untuk membuat artikel kita jadi sistematis secara hierarki. Tulisan yang sistematis SUDAH PASTI akan mudah dipahami oleh pembaca. Dengan struktur artikel yang sistematis pula, maka akan lebih mudah dipahami oleh si robot perayap Google.
Hingga akhirnya artikel kita pun lebih cepat terindeks, dan bisa jadi punya peringkat bagus di halaman muda Google.
Jadi, jangan abaikan deh hierarki ini dalam menulis artikel di blog. Setelah Emak sudah tahu hierarki tulisan Emak sendiri, maka pergunakanlah fitur subheadings atau subjudul atau penajukan, untuk semakin memudahkan pembaca membaca artikel kita. Kalau di WordPress, ada subheading 1, 2, 3, 4, dan seterusnya. Atau Penajukan, kalau sudah dialihbahasakan ya. Kalau di Blogspot, ada heading (H2), subheading (H3), dan minor heading (H4).
Nah, pergunakanlah ini dengan semestinya agar struktur artikel kita jadi mudah dibaca.
H1 biasanya hanya satu saja di setiap artikel, yaitu yang menjadi judul artikel yang di atas itu, Mak. H2, itu subheading alias subjudul besar. H2 biasanya terdiri atas beberapa subjudul lagi, yaitu H3. Demikian seterusnya.
Dengan struktur artikel yang benar–menggunakan subheadings–akan bisa membuat robot perayap Google lebih mudah mengumpulkan dan mengategorisasi artikel kita.
4. Gunakan bullet points atau nomor untuk list
Ketimbang menuliskannya secara mendatar yang dipisahkan dengan koma, akan lebih baik jika kita menuliskannya dalam format list atau daftar, untuk konten-konten yang bentuknya rincian, Mak.
Mengapa lebih baik dalam format list, dan kemudian dengan bullet points ataupun nomor?
Karena:
- Akan lebih mudah dibaca dalam kondisi skimming
- Lebih tidak melelahkan, karena memberikan jeda-jeda baca
- Bisa “memaksa” kita untuk membaca semua bagian, ketimbang skimming per paragraf
5. Alignment
Alignment ini bahasa Indonesianya apa ya, Mak? Ada yang tahu nggak sih? 😆 Perataan ya? Hmmm. Ya, gitu deh. Semoga Emak ngeuh dengan apa yang saya mau jelasin ya. 😆
Kalau defaultnya platform blog biasanya sih sudah rata kiri ya. Dan, itu tuh udah bagus. Kalau enggak benar-benar penting, sebaiknya nggak perlu diubahubah lagi, Mak.
Rata kiri itu sudah bikin rapi, dan enak dibaca, lantaran kita kan membaca itu cenderung dari kiri ke kanan kan?
Lalu bagaimana dengan rata tengah dan kanan? Well, rata tengah dan kanan akan membuat permulaan paragraf itu enggak berada di posisi yang sama, dan hal ini membuat mata kita jadi kesulitan saat scanning. Karena ya, enggak rata itu tadi.
Pergunakan alignment rata tengah atau rata kanan hanya jika benar-benar diperlukan. Itu pun sebenarnya kalau fungsi bold dan italic juga sudah nggak bisa jadi alternatif lagi.
Nah, demikianlah caranya menulis dengan struktur artikel yang benar, yang bisa bikin pembaca betah baca dan juga disukai oleh robot perayap Google.
Jadi, gimana, Mak? Apakah Emak sudah melakukan 5 hal untuk struktur artikel seperti di atas?
Salam kenal mba. Saya Ummu Hanif. Baru mulai ngeblog dengan tema utama kraft. Saya menemukan artikel ini dan sangat bermanfaat untuk pemula seperti saya.
Mengenai Subheading, saya mau tanya, di sini mba menggunakan Subheading berapa? Apakah dalam menulis artikel kita harus menggunakan subheading secara berurutan? Karena saya sering pake H4 di dalam artikel, tanpa H2 dan H3. H2 dan 3 menurut saya sangat besar hurufnya. Jomplang sekali dengan tulisan di paragrafnya.
Terimakasih sebelumnya.