Hae, Emaks! Lagi pada ngapain nih? Lagi baca blog KEB yak? 😀 Well, kadang, saat kita sudah susah-susah menggali ide, dan kemudian menuliskannya di blog, kita merasa bahwa tugas kita sudah selesai. Padahal ada tuh tugas kita selanjutnya setelah kita selesai menulis tapi sebelum publish. Yaitu melakukan swasunting artikel, alias self editing.
Nah, pasti Emak sudah pada familier dengan kata “editing” –yang berarti melakukan penyuntingan terhadap tulisan ya.
Ngapain aja sih, Mak, kalau kita lagi menyunting atau lagi ngedit tuh? Iyes, kita akan mencari apakah ada salah penulisan, salah eja, dan seterusnya. Iya nggak sih?
Yes, ini adalah aktivitas editing pada umumnya, terutama sih buat buku. Kalau swasunting artikel di blog ini–menurut saya, seenggaknya–agak berbeda sedikit. Karena sementara kita melakukan swasunting artikel, ada beberapa hal lain yang juga perlu kita lakukan utk memastikan artikel kita lebih searchable dan readable–yang standarnya berbeda dengan penulisan buku.
Nah, untuk membuat artikel blog yang sudah ditulis menjadi lebih baik lagi, lakukanlah tahapan swasunting artikel seperti berikut ini
1. Jangan menulis, sambil mengedit
Saat Emak menulis artikel, just write away. Tuangkanlah semua yang ada di pikiran. Kalau sudah selesai? Istirahatlah barang 5 menit. Dengan mengistirahatkan mata, maka kemudian mata kita akan segar dan siap lagi untuk melihat tulisan yang kurang, Mak.
Jadi, jangan menulis sembari melakukan swasunting artikel, karena malah akan membuat waktu menulisnya jauh lebih lama, dan juga mata sudah lelah duluan.
2. Bacalah kalimat secara berulang
Untuk membuat kalimat lebih baik, tak jarang kita harus membaca satu kalimat berkali-kali sampai kita mendapatkan esensi kalimat tersebut. Dari esensi ini, kadang kita bisa mengubahnya lebih efisien.
Kalau ada kalimat yang terdengar ganjil atau aneh, maka bacalah dengan suara keras. Membaca dengan suara yang keras bisa membantu kita memahami letak keanehan kalimat yang sedang kita baca.
Kemudian coba pikirkan beberapa alternatif kalimat lain, yang intinya sama, tapi misalnya susunannya diubah. Coba, kalau kalimatnya aktif dijadikan pasif? Atau sebaliknya? Atau mungkin, carikan padanan katanya.
Waspadai kata yang sama disebut sampai beberapa kali dalam satu paragraf, apalagi dalam satu kalimat. Coba carikan sinonim, atau ubah strukturnya, supaya tak terdengar membosankan.
3. Baca draf tulisan dalam fokus yang berbeda-beda
Misalnya, scanning typo dulu. Setelah selesai, tandai apa-apa yang terasa aneh pada kalimatnya. Terus cek kronologis atau sebab akibat. Dan seterusnya.
Dengan melakukan swasunting artikel secara bertahap, ini akan membantu kita supaya lebih teliti sehingga hasil tulisannya juga akan lebih perfect lagi
4. Revisi kalimat-kalimat panjang
Kalimat panjang akan rentan lospokus alias mbulet. Karena itu, sebisa mungkin, hindari kalimat-kalimat yang terlalu panjang. Setidaknya 1 kalimat itu maksimal banget terdiri atas 10 kata saja.
Ya, Emak nggak perlu juga mesti ngitungin per kalimat mesti 10 gitu satu per satu sih. Kira-kira saja, Mak. Kerasa kok nanti kalau terlalu panjang. Apalagi kalau Emak bacanya sambil bersuara. Kalau sampai kita ngos-ngosan baca satu kalimat tersebut, maka sudah pasti tuh kepanjangan.
Ketahanan orang membaca melalui monitor, baik itu laptop, gadget atau handphone, itu lebih terbatas ketimbang ketahanan orang membaca misalnya buku atau koran. Jadi, sebaiknya berilah jeda di kalimat-kalimat kita. Tapi, juga sebaliknya, perhatikan penggunaan kalimat-kalimat yang terlalu pendek dan terpotong-potong tidak pada tempatnya. Itu juga bikin nggak nyaman untuk dibaca.
5. Perhatikan pemakaian kata kita
Kalau mau cek kata baku, buka Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ini bisa menggunakan yang versi aplikasi di Android atau smartphone masing-masing, atau bisa juga ke webnya yang sudah saya tautkan.
Cuma, karena kita menulis untuk blog pribadi, maka sebaiknya sih jangan terlalu kaku juga ya. Rasanya jadi nggak personal aja gitu kalau terlalu kaku. Beda memang dengan di buku. Kita bisa banget menggunakan kata-kata tertentu sebagai ciri khas. Kayak ada blogger yang selalu menyebut ‘ituh’ untuk kata ‘itu’. Ada yang menyebut ‘kek’ untuk ‘kayak’, ‘puun’ untuk menyebut ‘pohon’, dan sebagainya.
Cuma ya, tolong dipikirkan juga pembaca blog Emak. Kalau semisal memang mayoritas nggak keberatan, paham, dan tampak enjoy saja membacanya, ya berarti that’s ok.
Tapi kalau bikin pembaca kelilipan, ya tolong deh … diperbaiki. Jangan kasih mereka kode-kode rahasia untuk dipecahkan. Mereka sudah terlalu pusing dengan kenyataan hidup, Mak. #ehgimana
Maksudnya gimana sik? Ya, usahakan meminimalkan penggunaan bahasa alay. Juga penggunaan singkatan-singkatan–apalagi yang enggak lazim, dan bikin persepsi ganda. Gaya bahasa gaul dan penggunaan slang itu membuat tulisan jadi cair. Jadi, jangan dihilangkan, tapi juga jangan too much.
Gunakan kata-kata yang dipahami oleh banyak orang, dan nggak perlu kamus untuk bisa dimengerti. Apalagi kamus alay.
Kesimpulan
Nah, selain mengenai tata tulis dan tata bahasa di atas, ada beberapa hal yang harus juga kita cek, saat melakukan swasunting artikel sebelum pencet tombol publish. Yaitu:
- Judul, apakah sudah clickable enough?
- Opening, apakah sudah hooking enough?
- Paragraf pertama, apakah sudah mengandung kata kunci?
- Image, apakah sudah ter-insert dengan baik? Sudah ada alt attributes-nya yang mengandung kata kunci? Sudah pula dilengkapi caption-nya, agar lebih oke lagi kalau nongol di Google Image Search?
- Subheadings, apakah sudah lengkap?
- Internal dan eksternal link, apakah sudah lengkap juga?
Nah, kalau semua elemen ini juga sudah lengkap, maka … Publish! And good luck!
Itu dia beberapa tahapan swasunting artikel yang sebaiknya kita lakukan sebelum menekan tombol Publish, supaya artikel kita lebih oke. Ada tambahan enggak nih, Mak? Kalau ada, boleh ditulis di kolom komen ya, Mak.
Semoga bermanfaat 🙂
Noted!! Senangnya pagi-pagi dapat ilmu blogging ^_^