Menanamkan perilaku yang baik pada anak memang bukan perkara semudah membalikkan telapak tangan. Saat orang tua sudah merasa sudah mendidik dan mengarahkan anak-anaknya supaya berperilaku baik, sesuai dengan yang disarankan oleh buku-buku atau artikel-artikel parenting, tentu akan wajar jika mereka berharap anak-anak akan mematuhi dengan senang hati. Tapi, waspadai taktik manipulasi ala anak-anak lo, Mak!
Yes, selalu saja ada saat-saat di mana anak-anak menguji batasan kesabaran orang tua. Mereka berusaha memanipulasi orang tua agar akhirnya mau memenuhi keinginannya. Taktik manipulasi ini tentu saja bisa menghambat pendidikan karakter yang sedang diberikan oleh orang tua.
Ya, anak memang bisa sepintar itu hingga bisa memanipulasi orangtua, tanpa dia sadar bahwa itu merugikan dirinya sendiri kelak. Lalu, apa saja taktik manipulasi oleh anak yang perlu kita waspadai ini?
6 Taktik Manipulasi yang Sering Dilakukan oleh Anak
1. Merengek
Merengek saat menginginkan sesuatu, sepertinya sudah lumrah dilakukan oleh anak-anak. Namun, akan buruk akibatnya jika anak terlalu sering merengek, apalagi kemudian diakhiri dengan menyerahnya orang tua, dan lalu menuruti keinginan anak-anak mereka.
Anak-anak kadang begitu cerdas. Mereka mengerti bahwa orang tuanya merasa tak nyaman, risih atau malu saat mereka merengek, apalagi di depan orang banyak atau di tempat umum. Saat orang tua membujuk atau mengalihkan perhatian, bisa jadi berakhir dalam dua kemungkinan. Si anak akan teralihkan perhatiannya dengan sukses, atau malah makin menjadi rengekannya.
Waspadai taktik manipulasi yang satu ini, Mak.
2. “Menjilat”
Jika merengek berefek perasaan tak nyaman pada orang tua, taktik manipulasi yang kedua ini akan membuat orang tua justru merasa senang, dan kemudian mengabulkan apa saja yang diminta si anak.
Yah, mungkin Emak akan berpikir, wah, anak sekecil itu. Masa iya sih, menjilat? Well, coba perhatikan situasi berikut.
Si kecil berkata pada emaknya, “Ma, aku mulai besok akan beresin tempat tidurku sendiri, beresin mainan-mainanku hingga rapi, dan membantu Mama menyiram makanan. Di sebelah sana ada baju bagus, Ma. Beliin, ya!”
Huwow. Hahaha, mungkinkah itu terjadi? Mungkin banget, Mak.
Bahkan nih, taktik manipulasi seperti ini bisa juga merupakan perilaku yang dicontohnya dari apa yang Emak lakukan padanya lo. Coba ingat-ingat, barangkali selama ini, Emak memberlakukan sistem reward pada apa pun yang dilakukannya.
Para ahli menyatakan, taktik manipulasi yang satu ini lebih sulit diatasi karena akan timbul rasa bersalah pada orang tua jika tak menuruti keinginan anak-anaknya. Jadi, waspadalah, Mak!
3. Mencari belas kasihan
“Mama nggak sayang aku. Mama cuma sayang sama Adik!”
Sering mendengar perkataan seperti itu dari anak-anak, Mak? Itulah taktik manipulasi yang diharapkan bisa menimbulkan rasa kasihan dan rasa bersalah pada orang tua.
Taktik ini dilakukan anak agar orang tuanya menjadi tidak tahan dan akhirnya mau menuruti keinginannya. Anak berperilaku seolah-olah dialah “korban” dari orang tuanya, karena dia tahu bahwa orang tuanya sangat menyayangi dia sehingga, tentunya, tak ingin dia terluka perasaannya.
4. Marah
Marah dan ngambek adalah perilaku dan taktik manipulasi yang paling banyak muncul pada anak jika orang tua tak mau menuruti keinginannya. Anak-anak balita akan mengalami temper tantrum, berguling-guling, berteriak bahkan membenturkan kepalanya.
Tak jarang akhirnya orang tua menyerah, karena usahanya untuk menenangkan si anak tak membuahkan hasil.
5. Mengancam
“Aku nggak mau makan, kalau Mama nggak beliin aku mainan!”
Pernah diancam seperti itu? Jika pernah, lebih baik lihat kembali apakah ancaman tersebut merupakan manipulasi karena pengaruh orang lain? Atau mungkin karena dia sering melihatnya di televisi? Ataukah, dia benar-benar tak bahagia?
Jika dia baik-baik saja di sekolah, juga kondisi keluarga aman dan nyaman, berarti itu hanya taktik manipulasi yang sedang berusaha dilakukannya saja. Bijaklah dalam merespons ya, Mak.
6. Taktik Manipulasi Fisik
Ada anak yang menyerang dan mengintimidasi orang tua secara fisik jika keinginannya tak terpenuhi.
Cara ini bisa kita anggap wajar jika dilakukan oleh anak yang belum mempunyai keterampilan menyampaikan keinginan lewat komunikasi langsung. Namun, akan lain persoalan jika yang melakukannya adalah anak-anak yang sudah memiliki kemampuan berbahasa.
Jika sekali saja dia mendapatkan apa yang dia mau dengan cara ini, maka pasti lain kali akan dicobanya lagi.
Nah, Emak, waspadai ya, semua taktik manipulasi di atas, yang dilakukan oleh anak-anak agar orangtuanya luluh dan membiarkan anak berperilaku semau mereka.
Emak pernah menjumpai taktik manipulasi yang lain, yang pernah dilakukan oleh anak-anak, Mak? Bagaimana cara Emak mengatasinya? Share yuk, di kolom komen!