Penulis: Binta Almamba Lengan bertato itu Tak akan pernah peduli dengan rengekan, Tangisan Apalagi cuma isakan… Bentakan seolah nyanyian pagi Dan tak ubah kicauan, Simaklah sebentar! “Serahkan penghasilan kalian sepanjang siang!” Sesungguhnya tembok retak dengan graffiti liar itu geram. Selalu saja menjadi saksi lakon senja yang buram.
Tag: Binta Almamba
Bintang-bintang Ramadhan
Penulis: Binta Almamba Ramadhan 1432. Saat Fahri anak sulungku berusia hampir enam tahun. Sekolahnya masih TK kecil. Namun menurutku sudah waktunya untuk mengajaknya belajar puasa, karena pada tahun kemarin teman sekelas dan sepermainannya sudah ada yang belajar puasa setengah hari. Meskipun anjurannya adalah umur tujuh tahun tak ada salahnya melatih sedikit demi sedikit sejak sekarang,...
Jelaga Merah Muda
Sekedar cinta yang lirih. Dalam senandung yang bertahtakan serpihan rapuh. Setiakah embun pada pagi? Sungguh tak pernah tekontaminasi, Oleh erupsi paku bumi dan lidah api. Sekedar cinta yang berbuih. Dalam tarian ombak dan gravitasi bulan pada bumi. Setiakah pantai dengan kesejukan? Sungguh terkadang semua hanya basa-basi… Sekedar dramatisir dan puitisasi. … Jikapun setia itu harus...
Fenomena CLBK di Dunia Maya
Penulis: Binta Almamba Fenomena jejaring sosial yang pada masa sekarang sudah mewabah ke segala lapisan masyarakat. Terkadang menghadirkan cerita-cerita mengejutkan tentang pertemuan dengan orang-orang dari masa lalu. Katakanlah di area Facebook. Banyak sekali cerita dari teman-teman bahwa mereka baru saja ketemu mantan pacar, mantan ta’arufan atau yang sekedar mantan orang yang dulu pernah ditaksir saat...
Sajak Benang Kapas
Ada sajak …. Dimana lembar rajutan benang kapas Menjadi sebuah bunga rampai Pelindung identitas Menjadi jendela kaca Bagi sang anggrek bulan Bahkan … Menjadi duri untuk sang mawar Sajak itu … Mengapa kini bersolek dengan zaman Zaman … Yang telah menghempasnya jadi orang Hingga kaca pun retak Bunga … tak lagi mutiara Gerai hitam rambut...
Password Pintu Surga
Rindu itu tak pernah basi Kuntum yang terus merekah … sempurna Saat masih ada bait-bait untuk cinta Ketika tasbih agungkan namanya Selalu terbaca Hawa … yang punya senyum kejora Tak hanya penghibur lelah Pun sahabat saat payah Sungguh … Ia hadiahkan malaikat kecil Pemanis yang sangat manis Perekat yang paling kuat Pelipur yang terlalu manjur...
Melati, Berwarna Apa?
“Saya memang pelacur. Tapi nggak pernah ngerayu suaminya situ buat datang ke tempat saya….” umpat Melati di atas batas normal. Karena geram dan berapi-api tiba-tiba saja mendapatkan tamparan tanpa basa-basi apalagi permisi. “Ngaca dong.. mana betah laki-laki serumah sama orang judes seperti situ..” lanjut Melati. Menumpahkan semua sisa geramnya. “Kamu itu wanita murahan, masih banyak...
Nyanyian Jelang Tidur
Penat… Apa warna yang ku arsir. Pada dunia mungilku … Pada 24 jam putar roda waktu. Kepala berdenyut lirih, Aku tak punya sinar… Kala rinai hujan mulai reda. Sayang … aku bukan mentari. Yang mampu biaskan pelangi. Sendi-sendi linu…. Bahkan ku bukan embun. Yang sekedar menetes. Menyapa pagi. Kelopak mata akhirnya terpejam. Aku hanya Ibu....