Mengenali Bahasa Kasih untuk Anak yang Tepat

By admin on August 03, 2020

Bahasa kasih merupakan salah satu bahasa yang dapat diterima oleh anak-anak tanpa batasan. Penting diingat, setiap anak memiliki keunikan saat menerima kasih sayang. Yang perlu diketahui, kasih sayang itu harus ditunjukkan setiap waktu dan tidak pernah cukup. Apakah bahasa kasih ini murni atau jujur? Pernah tidak kita bersikap manis dan lembut serta penuh kasih sayang pada anak karena kita sedang menginginkan anak tersebut melakukan sesuatu? Oh ya, kasih sayang yang tidak murni, anak-anak bisa merasakannya ya lho. Untuk itu, orang tua perlu mengenali bahasa kasih untuk anak yang tepat itu seperti apa.

Mengenali Bahasa Kasih untuk Anak

Perlu dipahami, bahasa kasih akan berubah sesuai usia atau perkembangan (tumbuh kembang) anak-anak. Berikut ini bahasa kasih untuk anak yang bisa ditunjukkan orang tua:

  • Physical touch atau sentuhan, merupakan salah satu bahasa kasih yang paling kuat. Anak-anak sangat membutuhkan sentuhan sebagai bahasa kasih terutama saat mereka masih bayi atau newborn. Physical touch ini bisa berupa pelukan, kecupan, high five (toss) dan lainnya. Bagi anak-anak yang lebih besar perlu ada batasan, ada sentuhan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Bagi anak-anak yang belum lancar berbicara, pelukan ini bisa menjadi bahasa kasih untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan namun sulit untuk diucapkan, misal having a bad day. 

Contoh loving through physical touch yaitu melalui pelukan saat anak berangkat dan pulang sekolah. Mengusap rambut dan punggung anak saat ia merasa tidak enak hati. Bernyanyi bersama lagu dengan sentuhan. Saat anak terjatuh atau sakit, orangtua memberikan extra time untuk membuat mereka merasa aman dan nyaman.

In case, ada orangtua yang suka nyentil atau nyubit anak saat ia melakukan kesalahan, dampak paling mudah terlihat anak akan menyubit temannya, ingat ya setiap aksi ada reaksi. Ada lagi case lain di mana ada satu anak mencubit temannya lalu temannya mencubit anak lain, jadi berantai ya. Terbayangkan dampaknya seperti apa? 

  • Word affirmation. Kata-kata penegasan atau peneguhan. Kalimat penegasan untuk menunjukkan kasih sayang kita kepada anak. Misalnya panggilan sayang, pujian dan lainnya. Hati-hati ya Mak, ketika mengucapkan hard words kepada anak, akan terngiang-ngiang dan diingat hingga di kemudian hari. Make sure not give a “right message in a wrong manner”, misal saat anak menjalani ulangan dan hanya salah satu soal saja, orangtua mengatakan “ini gampang loh, masa gitu aja nggak bisa”, atau “ini bagus loh salah satu tapi mama yakin ulangan berikutnya pasti lebih baik”. Mana yang lebih baik?
  • Quality time atau kebersamaan. Membersamai anak sepenuh hati. Tak hanya secara fisik namun juga hati dan pikiran kita hadir bersama anak sehingga anak merasa bahwa dirinya penting. Quality time tidak harus menggelar sebuah acara atau pergi ke tempat spesial, misalnya. Kebersamaan harus memenuhi unsur “loving eye contact” di mana anak merasa dicintai orangtuanya.

Mengenali Bahasa Kasih untuk Anak yang Tepat

Anak-anak sangat ingin didengar oleh orangtua bahkan untuk hal sepele sekali pun. Jujur, saya suka banget moment quality time bersama anak menjelang tidur. Kita bercanda bersama, bermain peran, mendongeng dan lain sebagainya hingga saya menyiapkan tempat untuk ia tidur. Hingga, suatu hari saya sangat terharu ketika saya hendak tidur, Nafeesa melakukan hal yang sama, ia menyelimuti saya dan mencium kening saya. Artinya, quality time yang dilakukan dengan baik dan rutin, sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang karakter anak.

  • Gift atau hadiah atau bingkisan merupakan cara bicara yang efektif untuk menunjukkan kasih sayang orangtua kepada anak. Hadiah ini tidak perlu berasal dari toko atau dari mall, bisa dibuat sendiri.

Contoh: saat akan memberikan gifts, lihat apakah anak tersebut suka atau tidak. Berikan hadiah sebuah lagu.

  • Act of service atau pelayanan bukan dalam artian melayani dalam segala hal namun lebih kepada mendampingi untuk mensupport kemandirian anak-anak hingga mereka bisa menolong dirinya sendiri. Seperti halnya filosofi Montessori yakni kita mengajarkan sesuatu hal baik untuk anak kita, hingga mereka bisa melakukannya untuk diri sendiri dan mengajarkan kembali kepada orang lain.

Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, setiap anak unik untuk menerima bahasa kasih. Lalu bagaimana caranya mengetahui apakah anak tersebut akan menerima bahasa kasih dari kita atau sebaliknya:

  • Observasi bahasa kasih yang mereka berikan untuk kita,
  • Obervasi bahasa kasih yang mereka berikan kepada orang lain,
  • Dengarkan permintaan mereka, misal minta dipeluk dan lain-lain,
  • Perhatikan apa yang sering diprotes anak,
  • Berikan pilihan bahasa kasih untuk anak, misalnya ingin diberi pelukan atau ngobrol di taman.

Nah, kira-kira bahasa kasih mana yang sering Emak Bapak dilakukan di rumah kepada buah hati atau anak tercinta?

***

Kontribusi artikel dari Cici Desri, narablog https://cicidesri.com

Instagram: https://www.instagram.com/cicidesri/

    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: