5 Langkah Menulis Listicle yang Ramah SEO

By Carra on June 06, 2022

Membuat konten untuk blog ataupun jenis website yang lain sebenarnya enggak terlalu rumit kok. Yang penting memang kita harus memastikan, bahwa informasi tersampaikan dengan benar, dan sebisa mungkin, engaging. Nah, salah satu cara tergampang untuk memastikan keduanya ada adalah dengan menulis listicle.

Format listicle ini memang banyak dianggap paling efektif dan mampu menarik baik pembaca online—yang cenderung suka skimming, dengan attention span yang pendek—maupun mesin pencari yang meramban berdasarkan algoritme.

Apa Itu Listicle?

Nah, buat Emak yang belum tahu, listicle ini adalah istilah untuk menyebut artikel tetapi yang dalam bentuk list atau senarai atau daftar. Ciri khasnya adalah terdapat beberapa poin, bisa bernomor ataupun tidak, dalam satu tulisan. Biasanya sih cukup panjang ya, antara 700 – 2000 kata, karena listicle memang rerata ditulis untuk keperluan optimasi mesin pencari, atau SEO.

Contoh listicle sih pasti Emak bisa menemukan di banyak tempat. Pelopornya adalah Buzzfeed. Kalau di lokal Indonesia, Hipwee-lah yang pertama kali populer mengadopsi format ini. Sekarang, sepertinya setiap media online atau blog, banyak banget yang menggunakan struktur listicle ini.

Listicle sendiri sebenarnya juga ada beberapa jenis, seperti photolist, yaitu artikel berbentuk listicle, tetapi dengan deretan foto alih-alih hanya tulisan. Atau, ada juga jenis how to, yaitu artikel berbentuk listicle yang bersifat tutorial atau petunjuk untuk melakukan sesuatu.

Mengapa Format Listicle Efektif?

Tahu nggak sih, Mak, menurut studi SEMRush, artikel dengan struktur listicle bisa mendapatkan 2x traffic lebih banyak daripada struktur tulisan naratif.

Kok bisa gitu ya? Semua karena beberapa keunggulan listicle berikut ini.

Bagi pembaca online, listicle yang terdiri atas poin-poin akan memudahkan mereka untuk scanning dan menilai, apakah kontennya cukup solutif atau tidak. Struktur dengan poin-poin dan dibagi dalam beberapa subjudul juga lebih ramah di gadget. Dengan begini, pembaca online tidak cepat lelah membaca, dan biasanya sih lantas mau menyelesaikan artikel sampai selesai.

Sedangkan, bagi mesin pencari, format listicle juga lebih ramah untuk di-crawl. Struktur H1, H2, H3, dan seterusnya juga lebih jelas, sehingga bot peramban dengan mudah mengumpulkan data untuk diolah kembali dan ditampilkan dalam database.

Nah, bagi penulis—kayak saya, yang maunya serbacepat dan praktis—listicle memang memudahkan banget. Menulis panjang, lebih dari 1000 kata, jadi lebih mudah. Pun pesan yang ingin disampaikan menjadi lebih sistematis, sehingga lebih mudah dipahami oleh pembaca. Bahkan, kadang outline pun enggak perlu dibuat, karena poin-poinnya sudah bisa “menjaga” kita agar tetap berada di koridor dan OOT ke mana-mana.

Menulis Artikel Tapi Sedikit Pengunjungnya? Coba Direoptimasi Yuk!

Tip Menulis Listicle SEO Friendly

So, saya sendiri sampai sekarang mengandalkan banget format listicle ini terutama untuk menulis artikel-artikel SEO friendly. Sudah ada bukti dan datanya, soalnya, bahwa listicle lebih efektif meraih peringkat di halaman muda Google untuk beberapa kata kunci strategis.

So, ini beberapa tip yang bisa Emak lakukan jika ingin juga menulis listicle untuk nge-boost SEO di blog Emak.

1. Untuk siapa, dengan masalah apa?

Pembaca blog Emak adalah pihak pertama banget yang harus dipikirkan. Siapa mereka? Mereka punya masalah apa, sehingga Emak menjawabnya dengan menulis listicle?

Ini erat kaitannya dengan bagaimana nanti artikel harus ditulis. Apakah kasual? Atau formal, semiformal? Apakah Emak nantinya berharap pembaca Emak terhibur, terinspirasi, atau mungkin penginnya setelah membaca artikel, pembaca Emak lantas bisa menemukan solusi? Dari tidak bisa menjadi bisa?

Jika kasual dan ingin pembaca terhibur, Emak nanti bisa masukkan berbagai garnish, seperti GIF atau memes. Jika artikelnya bersifat tutorial, buat infografisnya.

2. Riset kata kunci

Seperti halnya jenis-jenis konten lain yang ditulis untuk SEO, jika memang Emak pengin menulis listicle yang nantinya punya peringkat bagus di SERP, maka hal ini harus direncanakan sejak awal.

Mulailah dengan melakukan riset kata kunci terlebih dulu. Cari kata-kata kunci yang relevan. Akan lebih baik jika dapat menemukan kata kunci dengan volume tinggi (antara 1.000 – 10.000 search/month), tetapi saingannya masih sedikit. Keberhasilan kita “menemukan” kata kunci bervolume tinggi tetapi saingan sedikit ini akan menentukan peringkat artikel kita di SERP nantinya.

3. Buat poin-poinnya dulu

Sistem menulis seperti ini akan lebih cepat, Mak. Well, setidaknya buat saya gitu sih. Barangkali bisa dicoba juga.

Jadi, buatlah poin-poinnya lebih dulu, setelah Emak menentukan topik. Misalnya, seperti artikel yang sedang Emak baca ini, saya juga buat dari poin-poinnya dulu, seperti berikut:

Topik: Menulis Listicle SEO

  1. Apa itu listicle?
  2. Mengapa listicle efektif untuk SEO?
  3. Tip menulis listicle
    1. Tentukan pembaca
    2. Riset kata kunci
    3. Buat poin-poin dulu
    4. Pakai angka ganjil
    5. Sertakan garnish yang menarik
  4. Kesimpulan

Setelah mendapatkan poin-poinnya, baru masing-masing dikembangkan. Dengan begini, kita enggak perlu membuat outline, karena poin-poin tersebut sudah menjadi outline-nya.

4. Pakai angka ganjil

Tahu enggak sih, Mak, bahwa menulis listicle dengan judul yang mengandung angka ternyata terbukti bisa meningkatkan Clickthrough Rate, atau CTR.

CTR adalah rasio pencari yang meng-klik artikel dari mesin pencari seperti Google.

Lebih unik lagi, ternyata kalau kita menggunakan angka ganjil, maka itu akan lebih menarik bagi pembaca online.

Nah, scientific reasons-nya saya sendiri juga enggak tahu, tetapi ini berdasarkan hasil survei dan penelitian HubSpot, Mak. Saya sendiri sekarang juga punya my own lucky numbers, yaitu 5 dan 7. Hampir setiap kali kalau saya menulis listicle, saya menggunakan 5 atau 7 poin. Kalau mau banyak, maka saya cenderung menggunakan 13 poin, meskipun HubSpot sendiri menyebutkan bahwa selain angka ganjil, angka 10 juga merupakan salah satu angka yang dapat “menarik” pembaca.

Hmmm, Emak percaya atau enggak nih? Silakan dicoba aja, siapa tahu bisa menambah traffic, enggak ada salahnya kan?

5. Sertakan garnish yang menarik

Seperti yang sudah disebutkan di atas, garnish bisa ditambahkan agar listicle bisa lebih menarik. Sesuaikan dengan konten dan ‘tone’ yang Emak gunakan.

Jika topiknya ringan, menghibur, atau mungkin penuh humor, Emak bisa menambahkan GIF, memes, atau foto-foto yang mendukung. Untuk yang bersifat tutorial, Emak bisa menambahkan infografis. Yang bersifat rekomendasi, lengkapi juga dengan foto-foto yang mendukung. Emak juga bisa embed video atau reels, untuk “mengulur” waktu pembaca tinggal di blog Emak, sehingga bounce rate bisa bagus.

Emak bisa menambahkan berbagai garnish, tetapi ingat ya, Mak. Jangan berlebihan. Pasalnya, segala macam GIF, atau foto-foto—jika terlalu banyak—maka akan membuat loading time blog Emak juga menurun. Berat soalnya, kayak hidup. Jadi, tambahkan tetapi jaga supaya pas porsinya.

Nah, itu dia beberapa tip menulis listicle yang ramah SEO, setelah sebelumnya kita berkenalan sedikit dengan apa yang dimaksud dengan listicle itu.

Gimana, Mak? Mau coba menulis listicle sekarang? Selamat menulis, kalau gitu ya, Mak!

    Leave your comment :

  • Name:
  • Email:
  • URL:
  • Comment: